Inisiatif ini tidak hanya terbatas
pada lingkup pemerintahan, tetapi Ganjar-Mahfud juga fokus pada pengembangan
teknologi dalam sektor pendidikan.
Alfons Tanujaya, seorang ahli
keamanan Siber dan Forensik Digital dari Vaksincom, menegaskan pentingnya
komitmen pemerintah dalam meningkatkan literasi digital di kalangan masyarakat.
Ia menyoroti bahwa konsep digital
di era ini melibatkan tidak hanya komputer, tetapi juga melibatkan aspek-aspek
lainnya.
Alfons memberikan apresiasi
terhadap langkah Ganjar yang merencanakan implementasi teknologi digital dalam
sektor pendidikan. Menurutnya, mengingat dampak besar dari kemajuan komunikasi
ke depan, langkah ini menjadi sangat relevan.
"Digitalisasi diharapkan akan meresapi hampir seluruh sektor, dan menambah mata pelajaran terkait digitalisasi tidaklah cukup. Keterampilan dalam beradaptasi dengan kehidupan digital menjadi kebutuhan utama, bukan hanya kemampuan dalam mengoperasikan komputer," ujar Alfons pada Kamis (9/11).
Dia mengibaratkan pengalamannya
dengan pembelajaran bahasa Inggris, di mana mempelajarinya melalui kursus
berbeda dengan penggunaannya dalam situasi sehari-hari. Menurutnya, berlatih
langsung dalam kehidupan sehari-hari dapat mempercepat proses pembelajaran.
Alfons menyoroti kebutuhan untuk
familiarisasi masyarakat dengan prinsip-prinsip kehidupan digital. Menurutnya,
kecerdasan digital akan menjadi faktor kunci dalam kemampuan beradaptasi di
masa depan era digital.
"Jadi bukan belajar komputer
atau pemrograman yang diutamakan," tutur Alfons.
Alfons meyakini bahwa praktik
digital akan mengalami pertumbuhan yang lebih besar di masa depan. Oleh karena
itu, persiapan untuk masa depan perlu dilakukan, yang akan mengubah seluruh
aspek konvensional menjadi bentuk digitalisasi.
"Dengan mengadopsi
digitalisasi dalam aspek kehidupan sehari-hari, kita dapat mencapai efisiensi,
penghematan, dan kemudahan dalam menjalankan berbagai aktivitas rutin,"
ungkap Alfons.
Ganjar Pranowo juga menyampaikan
kekhawatirannya terhadap kondisi dunia kerja saat ini. Dia mencatat penutupan
TikTok Shop oleh pemerintah sebagai contoh. Ganjar membahas hal ini dalam
diskusi webinar oleh Keluarga Alumni Hukum Gadjah Mada (Kahgama) dengan tema
'Peluang dan Tantangan Menghadapi Dunia Kerja' pada Kamis, (12/10)
Ganjar Pranowo secara konsisten
mengajukan ide peningkatan mata kuliah umum yang membahas digitalisasi di
setiap perguruan tinggi.
Ia menyampaikan bahwa seperti
pentingnya aspek makanan, teknologi digital sekarang telah menjadi bagian
integral dari kehidupan sehari-hari yang tidak dapat dipisahkan.
"Oleh karena itu, dunia
pendidikan harus mempersiapkan mental para mahasiswa. Saya berdiskusi dengan
rekan-rekan ilmuwan, peneliti, dan lainnya, kami menyampaikan bahwa di era saat
ini, mata kuliah dasar umum, seperti kewirausahaan, Pancasila, dan agama, perlu
diperkaya dengan mata kuliah digital, karena semua bidang akan melibatkan
teknologi digital," ungkap Ganjar.
Di samping itu, kecenderungan untuk
menggunakan teknologi digital menjadi suatu hal yang tidak dapat dihindari,
sebagaimana halnya rutinitas makan dan bernafas. Oleh karena itu, individu akan
terbiasa untuk bekerja dengan menggunakan teknologi dan mengikuti kemajuannya.
Ganjar menyatakan dengan tegas
bahwa setelah masyarakat menguasai keterampilan digital, mereka memiliki opsi
untuk memilih antara menjadi karyawan atau terlibat dalam Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah (UMKM). Dia menyuarakan keyakinannya bahwa peluang menjadi
pengusaha di Indonesia masih memiliki potensi yang besar.
"Setelah memahami dasar-dasar,
individu yang memiliki keterampilan tersebut memiliki kebebasan untuk memilih
apakah mereka ingin menjadi pekerja atau pengusaha. Hal ini sangat signifikan
karena masyarakat memiliki dua opsi utama dalam dunia kerja: menjadi karyawan
atau mengembangkan usaha sendiri," pungkasnya.
(Maymunah L/Dyl)