Notification

×

Iklan

Iklan

Santun Berbahasa Sebagai Cermin Kualitas Diri Seseorang

20 November 2021 | Sabtu, November 20, 2021 WIB | Last Updated 2021-11-20T03:07:00Z


Oleh : Jihan Nada Aulia 

 Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya


Setiap kehidupan manusia tidak terlepas dari penggunaan bahasa. Melalui bahasa dapat digunakan sebagai mediator penghubung komunikasi antara anggota masyarakat. Bahasa menjadi alat interaksi sosial, karena bahasa yang dituturkan oleh tiap individu hanya dapat digunakan dan dipahami bagi setiap penutur dengan mitra tuturnya. Lalu, apakah tutur kata yang digunakan dalam berbahasa dapat mencerminkan kepribadian seseorang? Kemampuan berbahasa dapat menunjukkan kualitas diri seseorang. Jika bahasa digunakan secara baik dan penuh kesantunan maka akan mencitrakan kualitas diri yang baik dan berakhlak. 

Berbahasa bukan hanya asal bercakap, namun harus memperhatikan martabat kesantunan dalam berbahasa. Sebab, bahasa merupakan cerminan kepribadian dan karakter pemakai bahasanya. Penggunaan bahasa harus baik dan tidak boleh sembarangan karena disesuaikan dengan situasi dan keadaan, berbahasa harus benar agar maknanya tepat, dan berbahasa harus santun agar tidak ada yang merasa tersinggung atau tersakiti. Lantas, bagaimana kesantunan berbahasa generasi muda saat ini? Kesantunan berbahasa khususnya generasi muda saat ini dapat dikatakan sangat rendah, sebab mereka cenderung menggunakan bahasa gaul, bahasa yang disingkat, dan terkadang terkesan kotor. 

Bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi sepatutnya harus memperhatikan norma dalam menggunakan bahasa tersebut. Menyikapi ini tentu Indonesia membutuhkan generasi unggul yang dapat menaikkan derajat bangsa. Salah satu upaya untuk menghasilkan generasi yang unggul adalah terciptanya santun berbahasa. Sebagaimana yang diungkapkan Geoffry Leech bahwa kesantunan berbahasa akan terpenuhi apabila setiap orang mampu menaati sejumlah maksim yang terkandung dalam prinsip komunikasi (Mustika, 2013:5) Jika kesantunan bahasa itu agar dapat menjadi suatu tradisi bagi bangsa Indonesia, maka perlu upaya kesantunan berbahasa melalui pembiasaan. Sebab, membiasakan diri mematuhi norma berbahasa akan menciptakan generasi muda yang taat terhadap norma dalam bahasa.

Pertama, terwujudnya kesantunan berbahasa bermula dari orang tua yang turut memberikan kontribusi besar bagi perkembangan manusia menuju kedewasaan. Seharusnya, orang tua berusaha menanamkan kesantunan berbahasa dengan memperhatikan beberapa aspek seperti pilihan kata, nada kalimat dan gaya bahasa agar mereka tidak menjadi seseorang yang kasar, angkuh dan tidak mempunyai nilai etika. Kedua, orang tua perlu menemukan cara efektif dan kendala yang dihadapi pada anak. Misalnya, dengan memberikan bahan bacaan yang baik serta selektif terhadap tayangan televisi maupun ponsel. Karena, perbendaharaan kata juga dapat diperoleh melalui media yang ditonton. Ketiga, tidak hanya peran dari orang tua, namun figur seorang guru yang berkualitas ketika di sekolah juga sangat dibutuhkan dalam perkembangan berbahasa. Misalnya, dengan cara membiasakan berbahasa santun dalam proses pembelajaran maupun saat berinteraksi dengan peserta didik agar mereka mengikuti apa yang diucapkan dan dilakukan oleh gurunya. 

Sehingga, generasi muda saat ini akan terhindar dari penggunaan bahasa gaul, bahasa yang disingkat, dan terkesan kotor. Jika bahasa digunakan secara santun dengan budi bahasa yang berkualitas, mengandung nilai rasa halus yang penuh kesopanan, dan berusaha peka berbahasa dalam menjaga tutur kata agar tidak menyinggung perasaan orang lain saat menjalin komunikasi antar sesama, maka akan mudah disegani dan dihormati oleh masyarakat. Dengan demikian, keharmonisan dalam pergaulan di lingkungan sekitar pun akan tercipta.  





=