Serambiupdate.com Salah satu tarian tradisional yang berasal dari Papua adalah Tari Perang atau Tari Falabea. Penari Tari Falabea umumnya adalah laki-laki berjumlah tujuh orang dalam satu kelompok.
Pementasan Tari Perang biasanya di tempat yang
leluasa seperti di tanah lapang.
Tarian tradisional tidak terlepas dari sejarah dan
latar belakang yang dimilikinya. Gerakan Tari Perang memiliki makna tersirat,
yaitu bersyukur kepada Tuhan.
Zaman dahulu, peperangan antar suku cukup sering
terjadi antara masyarakat Papua. Oleh sebab itu, pemantik sangat dibutuhkan
para prajurit guna membangun semangat supaya dapat berperang dengan berani.
Sejak saat itu, Tari Perang dipentaskan hingga saat ini.
Beberapa properti yang digunakan dalam Tari Perang
atau Tari Falabea.
1. Kostum
Rok rumbai
merupakan kostum yang digunakan untuk Tari Perang. Rok rumbai memiliki ciri
khas tersendiri, yaitu dibuat dari bahan daun. Tidak hanya untuk tari Perang,
rok rumbai juga digunakan ketika upacara adat.
Selain
menggunakan kostum yang khas, Tari Perang juga memiliki riasan yang khas dengan
cat warna putih guna memperjelas lukisan atau riasan yang dibuat pada wajah dan
badan penari.
Untuk membedakan
kepala suku dan prajurit, kepala suku menggunakan aksesoris berbentuk seperti
taring babi di hidungnya.
2. Alat
musik
Untuk
membangkitkan semangat para prajurit, Tari Perang diiringi dengan alat musik khas
Papua, yaitu tifa. Alat musik tifa dimainkan dengan cara dipukul dengan
menyesuaikan tempo gerakan penari.
Gerakan
Tari Falabea Papua
Tari Perang bertujuan untuk mengobarkan semangat
para prajurit untuk berperang. Oleh karena itu, gerakan Tari Perang biasanya
lincah dan agresif. Hal ini untuk menunjukkan semangat juang para prajurit
dalam berperang.
Para penari akan berlari bersama-sama seperti sedang
menyerang musuh menggunakan tombak dan anak panah. Sementara itu, skenario
permainan peran akan digunakan dalam pertunjukan Tari Falabea ini untuk membuat
penonton terhibur.
Dalam Tari Falabea, satu kelompok penari
menggambarkan musuh dan satu lagi sebagai pasukan perang. Di antara penari
tersebut, ada seorang penari yang berperan sebagai pemimpin suku.
(Adelia Putri)