Notification

×

Iklan

Iklan

Stop Menebar Kebencian di Media Sosial

09 Juli 2021 | Jumat, Juli 09, 2021 WIB | Last Updated 2021-07-18T04:36:21Z

Karya Arin Nuraeni

Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Uhamka


Media sosial tentu saja memiliki manfaat yang baik. Kita bisa mempererat hubungan kita dengan orang lain, bisa melihat posting-an yang bermanfaat, menghibur, dan lain-lain. Namun di sisi lain, sejak munculnya media sosial, tidak bisa diingkari bahwa muncul juga masalah-masalah sosial yang baru. Salah satunya, cyber-bullying, yaitu mem-bully dengan membuat posting-an yang menjelek-jelekan target atau dengan cara lain melalui media sosial. Cyberbullying tidak hanya berupa hinaan atau cacian, namun dapat berupa ancaman, pelecehan, pencemaran nama baik, penyebaran hoax (berita bohong), penipuan, pengucilan, penguntitan, dan penyebaran informasi pribadi yang ditujukan untuk mempermalukan korban. Berbeda dengan tindakan bully secara fisik, cyberbullying tidak mengenal waktu dan tempat. Orang-orang yang  menebar kebencian banyak bersembunyi di balik akun-akun palsu.


Di era serba teknologi seperti sekarang, rasanya sering sekali  ditemukan perkataan jahat dan penuh kebencian dari dan untuk orang yang tidak saling mengenal di dunia maya. Kadang sampai bikin bertanya-tanya, apa sih yang pernah mereka lakukan terhadap orang itu? Kok, komentarnya jahat sekali.


Kata-kata yang jahat tentu dapat berpengaruh sangat luas dalam kehidupan seseorang. Bukan hanya psikis orang yang bersangkutan yang tertekan, namun keluarga dan orang-orang yang menyayanginya pun akan terluka oleh komentar jahat itu.


Seperti yang terjadi pada tragedi bunuh diri Sulli, salah satu aktris dan penyanyi asal Korea Selatan akibat kejamnya komentar yang dilontarkan para haters lewat akun media sosial pribadinya. Sulli adalah salah satu contoh dari sekian banyak dampak cyberbullying.


Oleh karena itu  meskipun dalam era keterbukaan saat ini siapapun bebas untuk mengutarakan pendapatnya, namun tetap harus mempertimbangkan komentar atau ucapan yang  dilontarkan, karena dapat berdampak buruk terhadap psikologis seseorang. Apa yang ditulis mungkin akan membuat hari seseorang menjadi lebih baik, namun bisa juga sebaliknya, memperburuk hari, bahkan hidup orang tersebut. Oleh sebab itu tetaplah berhati-hati dan berempati dalam mengonsumsi media sosial.


=