Notification

×

Iklan

Iklan

Meninjau Kilas Balik Pendidikan

08 Juni 2021 | Selasa, Juni 08, 2021 WIB | Last Updated 2021-06-08T14:24:04Z

 


Karya Muhammad Ilham Nurulillah

(Mahasiswa Bimbingan dan Konseling FKIP UHAMKA)


Pendidikan adalah usaha membina dan mengembangkan kepribadian manusia baik

dibagian rohani atau dibagian jasmani. Ada juga para beberapa orang ahli mengartikan

pendidikan itu adalah suatu proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

sekelompok orang dalam mendewasakan melalui pengajaran dan latihan. Dengan pendidikan

kita bisa lebih dewasa karena pendidikan tersebut memberikan dampak yang sangat positif

bagi kita, dan juga pendidikan tersebut bisa memberantas buta huruf dan akan memberikan

keterampilan, kemampuan mental, dan lain sebagainya. Seperti yang tertera didalam UU

No.20 tahun 2003 “Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan, yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan

Negara”.

 

Di era pandemi yang telah memasuki satu tahun ini, sistem pendidikan di Indonesia

sudah terbiasa dengan ketiadaan bertatap muka secara langsung dan mengandalkan berbagai

fitur teknologi untuk menunjang proses pembelajaran. Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim telah memberikan kebijakan baru terkait dengan

adanya isu-isu seputar pendidikan yang dapat mempermudah atau bahkan mempersulit

metode pembelajaran, yaitu dengan diadakannya “Merdeka Belajar”.

 

Merdeka belajar adalah memberi kebebasan dan otonomi kepada lembaga pendidikan,

dan merdeka dari birokratisasi, dosen dibebaskan dari birokrasi yang berbelit serta mahasiswa

diberikan kebebasan untuk memilih bidang yang mereka sukai. Adanya konsep belajar

merdeka tentunya bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada mahasiswa untuk belajar

diluar kampus. Konsep tersebut terus dikembangkangkan oleh kemendikbud sebagai upaya

untuk mendapatkan calon pemimpin masa depan yang berkualitas.

 

Di tengah pembatasan sosial akibat wabah covid-19, mereka tetap semangat mengejar dan  mengajar ilmu pengetahuan. Hampir tidak ada yang menyangka, wajah pendidikan akan berubah  drastis akibat pandemi Covid-19. Sedangkan, konsep sekolah di rumah (home-schooling) tidak pernah menjadi arus utama dalam wacana pendidikan nasional. Meski makin populer, penerapan

pembelajaran online (online learning) selama ini juga terbatas pada Universitas Terbuka, program

kuliah bagi karyawan di sejumlah universitas dan kursus-kursus tambahan (online courses). Tapi,

kebijakan physical distancing untuk memutus penyebaran wabah, memaksa perubahan dari

pendidikan formal di bangku sekolah menjadi belajar dari rumah, dengan sistem online. Sistem

pendidikan online tentu tidak mudah. Disiplin pribadi untuk belajar secara mandiri, ada fasilitas

dan sumber daya yang mesti disediakan. Di samping itu para pengajar pun juga mengalami

kesulitan yang serupa dengan pelajar. Masalah jaringan, kurangnya pelatihan, dan kurangnya

kesadaran dinyatakan sebagai tantangan utama yang dihadapi oleh pengajar. Kurangnya kesadaran

dinyatakan sebagai alasan paling penting oleh mereka yang tidak mengadopsi pembelajaran daring

diikuti oleh kurangnya minat dan keraguan tentang kegunaan pembelajaran daring. Kurang

kehadiran, kurangnya sentuhan pribadi, dan kurangnya interaksi karena masalah konektivitas

ditemukan menjadi kelemahan signifikan dari pembelajaran daring.

 

Merespon permasalahan tersebut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud)

Nadiem Anwar Makarim Sekolah dan perkuliahan ditargetkan sudah mulai melakukan kegiatan

belajar mengajar secara tatap muka pada Juli 2021. "Target kami hingga akhir Juni, vaksinasi

Covid-19 bagi lima juta pendidik dan tenaga pendidik selesai sehingga pada tahun ajaran baru

2021/2022 atau pada minggu kedua dan ketiga Juli pembelajaran dapat dilakukan secara tatap

muka," ujarnya seperti dikutip dari Antara, 3 Maret 2021. Pembelajaran tatap muka dilakukan

dengan sistem rotasi yang mana baru sekitar 50% siswa yang masuk dan sisanya melakukan

pembelajaran daring. Pembelajaran dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Perlunya ada sebuah optimisme yang ditanamkan selain vaksin secara medikal harus juga ada

vaksin yang yang dapat menggugah semangat motivasi belajar dan optimisme dalam perwujudan

keyaninan ini, oleh karena itu perlunya ada saling mngawal antara pemerintah dan rakyat dalam

mengawal hal tersebut.


=