Notification

×

Iklan

Iklan

Antara Kesehatan Mental Dan Belajar Daring

15 April 2021 | Kamis, April 15, 2021 WIB | Last Updated 2021-04-22T00:48:43Z


(
Habika Amani / Mahasiswa Uhamka)

Serambiupdate.com Pandemi Covid-19 dan pemberlakuan pembatasan sosial telah menimbulkan rasa takut dan kecemasan di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Kebijakan pembatasan sosial yang dilaksanakan di bidang pendidikan dengan adanya pemberlakuan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau biasa dikenal sebagai belajar dari rumah bagi seluruh siswa di Indonesia menimbulkan berbagai polemik bagi para siswa dan orang tua siswa.

 

Sejak pemberlakuan pembatasan, beragam aktivitas tersebut harus dilakukan di rumah bersama anggota keluarga dan orang tua mereka. Dan pengalaman menyaksikan secara langsung dampak Covid-19 terhadap orang tua atau anggota keluarga mereka (dampak fisik, ekonomi, dan psikologi), adalah pengalaman yang sulit bagi anak-anak dan remaja. Tidak jarang, karena kemampuan resonansi psikologis anak usia dini terhadap orang tuanya sangat tinggi, tidak mengherankan jika mereka mampu merasakan kecemasan, kekhawatiran atau stres yang dialami orang tua mereka secara langsung. Dengan demikian, tidak jarang anak usia dini yang mengalami hal yang sama ketika terjadi masalah mental pada orang tua mereka.

 

Melihat fenomena masalah kesehatan mental yang terjadi pada anak dan remaja di Indonesia pada masa pandemi, diperlukan upaya strategis dalam mengevaluasi sistem PJJ sekaligus memberikan dukungan kesehatan mental bagi anak dan remaja. Penyediaan layanan dukungan sosial yang memberikan fasilitas layanan kesehatan mental (mental health) bagi para siswa melalui sekolah merupakan hal strategis yang perlu diperkuat pada era pandemi saat ini. Dengan adanya penyediaan layanan ini baik online maupun offline, baik melalui masyarakat maupun konseling sebaya, harapannya masyarakat dapat dengan mudah mengakses dukungan sosial jika diperlukan. Pemberian layanan kesehatan mental bagi anak dan remaja juga dapat diperkuat oleh sekolah. Sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran jarak jauh, pihak sekolah selaiknya memperhatikan kondisi para siswanya tidak hanya pada kualitas kemajuan pembelajarannya. Akan tetapi, hal yang lebih penting adalah memberikan perhatian lebih atas keamanan, kondisi kesejahteraan mental anak, dan hal lain terkait dengan tantangan yang dihadapi oleh anak dalam proses pembelajaran di rumah.

 

Penyediaan layanan kesehatan mental bagi anak dan remaja serupa telah diimplementasikan di berbagai negara dan berhasil menurunkan berbagai permasalahan terkait yang dialami oleh anak dan remaja akibat pandemi ini. Sebagai contoh, pemerintah China, Australia, ataupun Jepang secara intensif menyediakan layanan konseling telepon (hotline), online, maupun offline bagi masyarakatnya sebagai pertolongan pertama pada masalah kesehatan mental di negara tersebut. Jadi, permasalahan kesehatan mental kelompok rentan, khususnya anak dan remaja, dapat teratasi dengan baik sebelum menyebabkan efek yang lebih serius.

=