Notification

×

Iklan

Iklan

Kisah Inspiratif Wisudawan Uhamka 2025, Meraih Cita dalam Lintas Agama

20 Desember 2025 | Sabtu, Desember 20, 2025 WIB | Last Updated 2025-12-20T11:06:20Z

Serambiupdate.com - 
Mengusung tema Meraih Cita, Mengabdi Pada Bangsa, dan Menginspirasi Dunia, Uhamka menyelenggarakan Wisuda Doktor, Magister, Sarjana, dan Ahli Madya Tahun 2025 di Jakarta International Convention Center, Sabtu (20/12).

Dari total 3.243 peserta wisuda yang dikukuhkan, kisah Michael Putra Tarigan hadir sebagai potret keberagaman dan semangat persatuan di lingkungan pendidikan tinggi.

Sosoknya menjadi salah satu cerita yang menarik perhatian. Lahir dan besar di Purbasaribu, Sumatera Utara, Michael Adalah salah satu mahasiswa Uhamka beragama non-muslim. Ia pun menempuh perjalanan Panjang, secara geografis, kultural, dan spiritual demi meraih cita-citanya.

Meski Uhamka dikenal sebagai kampus Islam yang dimiliki oleh Muhammadiyah, Michael memantapkan pilihannya untuk melanjutkan pendidikan tingginya di Uhamka. Pilihan tersebut menjadi langkah berani baginya, terlebih harus merantau jauh dari kampung halaman dan beradaptasi dengan lingkungan baru yang berbeda dari tempat ia dibesarkan.

Bagi Michael, Uhamka bukan sekadar institusi pendidikan, melainkan ruang bertumbuh yang mengajarkan toleransi, kedisiplinan, dan nilai kemanusiaan. Ia merasakan suasana akademik yang inklusif, di mana perbedaan dihargai dan dijadikan kekuatan bersama.

Dalam perjalanannya bersama Uhamka, Michael sempat merasakan kecanggungan di awal masa perkuliahan. Perbedaan budaya dan lingkungan menjadi tantangan tersendiri baginya. Namun, suasana tersebut perlahan berubah seiring waktu. Ia menuturkan bahwa dosen, mahasiswa, hingga tenaga kependidikan Uhamka menjunjung tinggi nilai toleransi dan saling menghargai.

Bahkan, Michael tetap bersentuhan dengan kekhasan pembelajaran kampus Muhammadiyah melalui mata kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIKA). Meski berbeda keyakinan karena berstatus agama Kristen, ia tetap menjalaninya sebagai bagian dari proses belajar. Baginya, AIKA menjadi ruang perenungan tentang nilai-nilai kemanusiaan, kejujuran, dan pengabdian dalam perbedaan.

Bagi Michael, Uhamka bukan hanya tempat menimba ilmu, tetapi juga ruang bertumbuh. Di luar ruang kelas, ia mulai membangun relasi, belajar membaca peluang, dan memperluas jejaring.

Lingkungan kampus yang terbuka mempertemukannya dengan banyak orang dan pengalaman, hingga ilmu yang ia peroleh tak berhenti sebagai pengetahuan semata, melainkan memberi dampak nyata, membantunya meningkatkan taraf hidup keluarganya dan menata masa depan dengan lebih baik.

Maka, Perjalanan Michael menegaskan komitmen Uhamka sebagai institusi pendidikan yang menjunjung inklusivitas di mana keberagaman tidak membatasi, melainkan menguatkan proses meraih cita-cita.

 

=