Pengaruh
budaya Madura, Jawa, Tionghoa, Arab, serta Eropa memberi warna ekspedisi warga
Probolinggo dari waktu ke waktu, dari masa kerajaan, kolonial, sampai
pascakolonial.
Kenyataan
seperti itu yang mendesak Kemendikbudristek memilah Kabupaten serta Kota
Probolinggo selaku salah satu posisi penerapan event multibentuk Galang Gerak
Budaya Tapal Kuda (GGBTK).
GGBTK
sendiri bertujuan memperluas serta meningkatkan macam seni, ritual, pengetahuan
serta teknologi tradisional, dan ekspresi kultural lain di Pasuruan,
Probolinggo, Lumajang, Jember, Bondowoso, Situbondo, serta Banyuwangi.
Rangkaian
GGBTK ini akan dilaksanakan di Probolinggo, Tepatnya di Alun- alun Kraksaan,
Probolinggo, Sabtu (4/11).
“Pesan
yang hendak kami sampaikan adalah bagaimana kita melestarikan macam budaya
sebagai benteng bangsa. Oleh sebab itu, kami mengaitkan para pelajar SMP dengan
tujuan membagikan pengalaman kreatif supaya mereka berkenan buat terus
meningkatkan macam seni Probolinggoan,” ungkap Ghanesya Hari Murti, panitia
GGBTK di Probolinggo di sela- sela memantau persiapan. Kegiatan ini akan
berlangsung dari pagi hari dengan pameran batik dan produk UMKM, dilanjutkan
pada malam hari pukul 19.00 dilaksanakan pertunjukan seni dan diskusi budaya.
Sebagai
rangkaian kegiatan budaya, GGBTK diharapkan bisa menjadi energi dalam pemajuan
kebudayaan melalui kerja-kerja gotong-royong. Perhelatan GGBTK di Probolinggo
akan menyuguhkan pertunjukan ragam seni, pameran batik kuno, bincang budaya
bersama maestro, dan pameran UMKM. Menu pertunjukan seni yang disiapkan oleh
panitia adalah tari kiprah glipang, re rere, ongge, jebbing torsu, reng
girsereng, dan tari dari etnis Tionghoa. Pertunjukan ragam tari tersebut
dikembangkan oleh sanggar seni dan sekolah-sekolah di Kota dan Kabupaten Probolinggo.
Adapun mayoritas penampilnya adalah pelajar SMP, selain para maestro tari di
Probolinggo.
(Zahra F/Dyl)