Notification

×

Iklan

Iklan

Kesenian Wayang Kulit Yang Hampir Punah

09 April 2023 | Minggu, April 09, 2023 WIB | Last Updated 2023-04-09T02:59:00Z


Oleh:  Fahri Yustian Hidayat 

Mahasiswa Manajemen Uhamka



Wayang Kulit adalah kesenian tradisional Indonesia yang berkembang dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Wayang Kulit diciptakan oleh sunan kalijaga yang berasal dari keturunan Bangsawan Ponorogo Arya Wiraraja yang juga sebagai disebut Wali Songo. Namun sayangnya, kesenian wayang kulit sekarang sudah kurang peminatnya. Wayang Kulit dalam arti sebagai arah menuju roh spiritual,dewa,atau Tuhan Yang Maha Esa. Bahkan banyak juga yang mengartikan wayang sebagai bayangan yang disebabkan karena penonton juga bisa menonton wayang dari belakang kelir atau sebagai hanya bayangannya saja.


Secara umum wayang kulit mengambil cerita dari naskah sang Mahabharata dan Ramayana, tetapi tidak terbatasi hanya dengan standart tersebut. Cerita tersebut biasanya diambil dari cerita panji,maupun kisah rohani dari agama Islam, Kristen, Hindu, Dan Budha. Pertunjukan Wayang Kulit telah resmi diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003 sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga.


Dalam melaksanakan kesenian wayang kulit terdapat yang dinamakan sebagai dalang. Kalau dilihat dari segi jumlah dalang yang sudah ada, untuk saat ini masih ada sekitar kurang lebih 2000-an dalang, untuk memperluas ajaran perdalangan masyarakat membuat sanggar wayang diseluruh Indonesia. Namun masalah dalam kesenian wayang kulit ini bukan dari dalangnya , tetapi dari jumlah penontonnya. Semakin dikitnya peminat dalam pertujukan wayang kulit maka semakin cepat akan timbulnya kepunahan terhadap kesenian wayang kulit.

Melihat dari keberadaan wayang kulit sebagai aset kebudayaan menjadikan wayang kulit bukan menjadi pilihan para penyelenggara kegiatan untuk mencari pemasukan dana. Bukan hanya itu saja, sepinya pengunjung terhadap museum wayang kulit bisa menjadi faktor pemicu terancamnya wayang kulit untuk menjadi “Punah”. Namun dengan punah bukan dalam arti hilang, namun posisinya menjadi tergantikan oleh tempat tujuan lain. 


Faktor yang menyebabkan kepunahan juga disebabkan dengan biaya,durasi, dan juga bahasa. Disebutkan sebagai setiap pertunjukan wayang kulit membutuhkan biaya minimal sekitar 10 juta rupiah, hal ini juga sudah termasuk biaya tempat dan alat. Selain itu juga durasi pertunjukan wayang kulit yang memakan waktu hingga semalam untuk membuat pertunjukan yang kurang diminati,khususnya untuk anak - anak. Faktor lainnya adalah sebagai penggunaan bahasa jawa dalam setiap penyampaian ceritanya.


=