Notification

×

Iklan

Iklan

Donasi Online

12 Februari 2023 | Minggu, Februari 12, 2023 WIB | Last Updated 2023-02-12T02:24:00Z



Oleh:  Wilda daulay

Mahasiswa 

Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Fakultas Ekonomi dan Bisnis



Saat ini masyarakat sudah terbiasa dengan media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, TikTok, dan lain sebagainya. Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari media sosial. Misalnya, bisa menambah sahabat dan berkomunikasi dengan mereka walaupun tidak bertatap muka. Media sosial juga bisa dengan cepat membuat orang memperoleh berita dan informasi. Namun di balik manfaat media sosial itu, terdapat juga dampak negatif dan merugikan, seperti terjadinya perundungan di antara anggota masyarakat. Lewat media sosial seseorang bisa menyebarkan kabar tidak benar (hoaks) mengenai orang lain. Berita tidak benar atau malah segala jenis fitnah bisa terjadi melalui media sosial ini.

Selain dampak negatif diatas, belakangan ini, jagat sosial media tengah dihebohkan oleh aksi para konten kreator yang meminta-minta melalui live streaming. Aksi aneh yang tidak hanya dilakukan satu-dua orang melainkan banyak oknum tersebut, berhasil membuat resah warganet. Pasalnya, mereka melakukan aksi-aksi ekstrem yang tidak wajar. Beberapa aksinya yang beredar selalu membuat geleng-geleng kepala, seperti mandi lumpur seluruh tubuh dari ujung kepala sampai ke kaki berjam-jam lamanya, aksi menyiram air dengan ember ke seluruh tubuh, berendam di kubangan malam-malam, mengguyur kepala pakai minyak, bahkan ada yang menampar pipi, memukul pakai galon serta melukai dirinya sendiri dengan aksi-aksi lainnya. Ditambah lagi, aksi-aksi ekstrem tersebut mulai menyasar kalangan orang tua dan lansia.

Fenomena ini bukan hal baru. Pada Oktober 2022 keluarga pengungsi Suriah mengemis dengan cara live TikTok. Diketahui bahwa mengemis online di TikTok yang dilakukan keluarga Suriah difasilitasi oleh perantara TikTok yang menyediakan peralatannya. Perantara itu bekerja dengan agensi yang berafiliasi dengan TikTok di China dan Timur Tengah, kemudian memberi keluarga Suriah akses ke akun TikTok. Akibatnya TikTok pun buka suara dan mengatakan akan mengambil langkah cepat terhadap yang mengeksploitasi pengemis. Perusahaan mengaku tidak mengizinkan jenis konten seperti itu di platformnya dan komisi dari gift digital disebut kurang dari 70%.

Semua konten tanpa memikirkan dampak positif dan negatifnya bagi penonton akan tetap diproduksi selama berpotensi untuk viral. Mulai dari konten lucu hingga berbahaya. Kita dapat menilai hal ini merupakan awalan keinginan mereka untuk menjadi eksis. Melihat karakteristik penikmat media sosial di Indonesia, konten viral dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu dengan konten yang kontroversial dan menyentuh emosional. Karakteristik ini setidaknya menjelaskan mengapa fenomena ‘ngemis online’ dengan cara mandi lumpur di live TikTok ramai diminati masyarakat Indonesia.

Fenomena meminta-minta virtual menjadi pengingat bagi kita bahwa dinamika kehidupan terkadang membuat manusia mencari pelbagai cara untuk bertahan. Jika mereka punya pilihan dan kesempatan lain niscaya mereka tidak akan rela mengubur rasa malu untuk melakukan hal-hal tersebut. Semoga fenomena ini segera surut, dan mereka memilih pekerjaan yang layak.

=