Lili
mengatakan penting untuk memberi tahu pemilih bahwa popularitas dan kelayakan
bukanlah masalah utama.
“Saya
berharap lembaga dan media pemilu tidak hanya mengutamakan popularitas dan
kualifikasi dalam pemberitaannya, tetapi juga aspek pendidikan kewarganegaraan sehingga memberikan
pembelajaran kepada masyarakat,” kata Lili
kepada media, Rabu (14/12).
Hingga
saat ini, jajak pendapat sibuk melaporkan kelayakan dan popularitas. Lili
mengatakan, keinginan pemilih harus ditelaah lebih dalam.
“Anda
bertanya tentang visi dan misi, dan pemimpin seperti apa yang Anda inginkan?
Orang jujur yang dapat mengatasi masalah pengangguran dapat berpartisipasi
dalam persaingan global. Jadi PKn itu bukan sekedar suka atau tidak suka,”
ujarnya.
Selain
itu, kata Lili, mayoritas pemilih pada pemilu mendatang adalah anak-anak muda
yang mandiri, mampu, dan memiliki keinginan dan kebutuhan. Calon yang hanya
mengandalkan popularitas dianggap kurang menarik bagi pemilih.
Oleh
karena itu, harus diimbangi dengan sikap visioner dan integritas. Lili
mengatakan pemilih muda memiliki banyak kesempatan sebelum pemilu untuk belajar
tentang politik, antara lain.
Di
antara beberapa nama calon presiden, nama Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian Airlangga Hartarto kerap disebut karena kiprahnya dalam mengelola
sektor ekonomi Indonesia, khususnya di masa pandemi Covid-19.
Ketua
Umum Partai Golkar bersama pimpinan PAN dan PPP Aliansi Indonesia Bersatu (KIB)
juga mencanangkan visi KIB yaitu Program Percepatan Transformasi Ekonomi
Nasional (PATEN).
DYL_RPH