Dwi Jatmiko selaku Wakil Kepala SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta
menjelaskan bahwa sebagai sekolah penggerak, seluruhnya harus menyiarkan
Kurikulum Merdeka. Di sela pembinaan mutu pendidikan bagi guru pendidikan agama
Islam di Korwil III Kecamatan Banjarsari, pekan lalu, sosialisasi ini dapat dilakukan.
“Merdeka dimulai dari diri sendiri. Sebagai wujud eksplorasi
konsep, ruang kolaborasi, refleksi terbimbing, demonstrasi kontekstual, hingga
elaborasi pemahaman. Termasuk koneksi antara materi dengan aksi nyata,” terang
Jatmiko.
Sosialisasi ini diharapkan agar para guru dapat memahari struktur
kurikulum merdeka. Bukan hanya itu, penyusunan dan penerapan kurikulum
operasional di satuan pendidikan yang sesuai karakteristik serta kebutuhan
satuan pendidikan juga diperlukan. Dan juga mencakup prinsip pembelajaran,
assesmen, serta penggunaan perangkat pembelajaran.
“Ciri khas Kurikulum Merdeka terletak pada struktur dan kegiatan
intrakurikulernya. Setiap mata pelajaran (mapel) mengacu pada capaian
pembelajaran bebasis proyek penguatan profil Pelajar Pancasila. Serta mengacu
pada standar kompetensi lulusan, yang dialokasikan sekitar 20 persen beban
belajar per tahun,” ujarnya.
Menurut Jatmiko, acara ini sebagai penguatan profil Pelajar
Pancasila yang dilakukan secara fleksibel baik muatan maupun waktu pelaksanaan.
Ini juga mengacu pada capaian profil Pelajar Pancasila yang sesuai fase peserta
didik dan tidak harus dikaitkan dengan capaian pembelajaran di tiap mapel.
Pembelajaran ini dapat dilaksanakan sesuai alokasi jam pelajaran
dan penguatan profil Pelajar Pancasila. Sedangkan, jumlah total waktu di
masing-masing proyek tidak harus sama.
“Alokasi waktu dan alokasi jam pelajaran pada struktur kurikulum,
dituliskan secara total dalam setahun. Satuan pendidikan berhak mengatur
alokasi waktu setiap minggunya secara fleksibel dalam satu tahun ajaran,”
bebernya.