Notification

×

Iklan

Iklan

Tantangan Pendidikan 2021

01 November 2021 | Senin, November 01, 2021 WIB | Last Updated 2021-11-01T05:16:23Z


Fajar Adi Nugraha 

Mahasiswa Kesehatan Masyarakat FIKES Uhamka 


Menurut saya Situasi pendidikan saat ini bak buah simalakama, beraktivitas di sekolah memunculkan kekhawatiran tertular Covid-19 sementara belajar secara daring di rumah sudah mulai terasa melelahkan dan membosankan.

 

Orang tua pun ikut stres memikirkan PR anaknya, di samping memikirkan nafkah dan uang belanja yang semakin menyusut karena sektor perekonomian yang belum pulih.


Awal 2021, sekolah-sekolah sudah mulai mempersiapkan kegiatan pendidikan secara tatap muka dengan protokol kesehatan ketat untuk mencegah Covid-19. Sementara pada Desember 2020 hingga awal Januari 2021 ini lonjakan-lonjakan kasus Covid-19 masih intens terjadi di mana-mana. Situasi pendidikan saat ini bak buah simalakama, beraktivitas di sekolah memunculkan kekhawatiran tertular Covid-19 sementara belajar secara daring di rumah sudah mulai terasa melelahkan dan membosankan.


Saat pandemi, beban siswa semakin berat. Di beberapa wilayah dijumpai jaringan internet yang kurang stabil sehingga menyulitkan mereka mengikuti pelajaran secara daring. Belajar sepenuhnya dari rumah juga menjadi beban bagi orang tua, karena orang tua harus mengawasi anaknya selama belajar secara daring dan sering kali harus menuntun anaknya dalam mengerjakan PR (pekerjaan rumah). Orang tua pun ikut stres memikirkan PR anaknya, di samping memikirkan nafkah dan uang belanja yang semakin menyusut karena sektor perekonomian yang belum pulih. Wabah Covid-19 yang menyebar di hampir seluruh negara di dunia memunculkan kelelahan psikis yang luar biasa bagi semua orang termasuk para pelajar.


Dunia pendidikan di Tanah Air memang sangat dinamis. Beberapa tahun lalu kita sempat menyelenggarakan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) yang kemudian dihentikan karena berbagai alasan. Bangsa Indonesia tentu berharap bahwa kebijakan pendidikan termasuk perangkat kurikulumnya mampu menciptakan anak Indonesia untuk menjadi individu yang mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki kemampuan analisis yang baik untuk menyongsong tantangan zaman. Bonus demografi pada 2030 hendaknya kita songsong dengan manusia Indonesia yang produktif dan berkualitas.

Seperti bangsa-bangsa lain di dunia, Indonesia menyelenggarakan pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Adalah suatu langkah positif ketika pemerintah menggratiskan pendidikan dasar 9 tahun secara nasional. Saat ini paling tidak ada tiga provinsi yang menggratiskan pendidikan SMA/SMK, yaitu Jawa Timur, Banten, dan Sumatra Selatan. Akses pendidikan yang semakin mudah akan menjadikan bangsa Indonesia semakin terdidik.


Tantangan lain pada 2021 adalah kenyataan bahwa anak-anak usia sekolah semakin melek teknologi. Ini harus diarahkan sehingga kegemaran menggunakan gadget bukan sekadar untuk bermedsos atau main games. Gadget bisa menjadi sumber informasi dan teknologi. Hal ini akan menuntun anak-anak kita untuk menjadi lebih terampil. Dunia pendidikan harus mendorong agar anak-anak bisa lebih berani mengemukakan pendapat dan meningkatkan kemampuan analisis mereka. Seperti halnya sistem pendidikan Barat yang selalu merangsang curiousity atau keingintahuan seorang siswa.


Tantangan pendidikan pada 2021 adalah menghasilkan anak Indonesia yang memiliki kemampuan bekerja sama (teamwork), mampu mengambil keputusan dengan cepat dan tepat, dapat berkomunikasi dengan baik, berpikir kreatif, memiliki jiwa kepemimpinan, serta motivasi yang tinggi. Pendidikan bukan hanya menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang siap menjadi pekerja, tetapi SDM yang memiliki jiwa entrepreneurship, berpikir efektif dan efisien, serta lebih dari itu semua adalah adanya karakter positif (disiplin, kerja keras, jujur) yang melekat kuat dalam dirinya.


=