Notification

×

Iklan

Iklan

Menyikapi Toleransi di Kota Multi Culture

01 Oktober 2021 | Jumat, Oktober 01, 2021 WIB | Last Updated 2021-10-01T13:04:23Z


Rashika Rahma Alia

Mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat FIKes UHAMKA


Menyikapi toleransi di kalangan umat manusia tidaklah mudah, sikap toleransi di bentuk dari hati nurani dari sendiri. Kita harus menjadikan sikap tersebut bagian dari kehidupan sehari-hari kita. Sikap toleransi tidak memiliki batas waktu, tempat dan dengan siapa kita melakukannya namun sikap toleransi kita lakukan dengan semua orang. Pentingnya pemahaman tentang sikap toleransi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah perlu disikapi dengan serius, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang harus diterapkan oleh kita sesuai dangan dasar pancasila.Menghargai bermacam-macam suku sangatlah penting demi kedamaian abadi bagi masyarakat itu sendiri.


Tetapi setiap manusia memiliki sifat dan kepribadian yang berbeda-beda, Faktanya banyak sekali manusia yang tidak bisa menerima dan menghargai perbedaan di negara kita. Contohnya salah satu konflik umat beragama di tahun 2015 tepatnya di provinsi Aceh. Perbedaan agama tersebut membuat kericuhan ini terjadi, tetapi dibalik kericuhan tersebut terdapat penyebab yang signifikan sehingga terjadinya konflik ini terjadi. Warga setempat penyebab kerusuhan Aceh singkil dipicu oleh pembangunan rumah ibadah tanpa izin dan melanggar peraturan daerah. Maka dari itu dibakarlah tempat ibadah yang melanggar tersebut. Tetapi hal ini juga tidak boleh dibenarkan karena sangat anarkis dan tidak berperikemanusiaan.


Negara kita adalah negara yang beragam, negara yang memiliki puluhan suku, ras dan etnis. Sesuai dengan semboyan negara kita yaitu Bhineka tunggal ika yang memiliki arti berbeda-beda  tapi tetap satu jua. Kita harus menerima perbedaan dan menganggap itu adalah karakteristik yang unik di negara kita sendiri. Maka dari itu Toleransi adalah salah satu sikap yang sangat penting untuk menghindari terjadinya kerusuhan dan perpecahan. Menerima perbedaan bukanlah hal yang mudah. Salah satu kota di Kalimantan Barat yaitu Singkawang, menjadi salah satu contoh dan icon untuk kota yang bisa meyikapi toleransi yang sangat diacungkan jempol. Kota tersebut sering dijuluki kota Multi Culture. Maka dari itu Pada opini ini saya akan menguraikan point-point tersebut.


Banyak sekali ragam suku di kota Singkawang, Diantaranya Suku Dayak, Melayu, Madura, Tionghoa, Bugis, Jawa, Batak, Padang serta suku-suku NTT ada disini. Kemeriahan Imlek disini tidak hanya dimiliki oleh warga Tionghoa, semua warga yang ada di Kalimantan Barat turut merayakannya. Bahkan festival naga pun ada yang dari Melayu Dayak dan Madura. Singkawang merupakan cerminan nyata alkuturasi budaya Indonesia yang patut diacungi jempol. Mereka dapat hidup berdampingan secara damai terbukti dengan diberikannya peringkat pertama kota paling toleran Pada tahun 2018 oleh Setara institute kepada kota Singkawang Kalimantan Barat. secara kasat mata, toleransi di Singkawang dapat dilihat dari letak Wihara dan masjid yang dibangun secara berdekatan. Toleransi turut diejawantahkan di ranah politik, yaitu dengan memberikan satu kursi dari jatah lima kursi DPRD oleh warga Tionghoa.


Secara kultural Masyarakat Singkawang sudah menunjukan sikap Toleransi yang sangat tinggi. Misalnya, kalau ada perayaan keagamaan atau kultural, dukungan dari masyarakat itu sendiri ada. Seperti halnya acara cap gomeh, imlek, perayaan tahun baru tionghoa, acara- acara tersebut diadakan secara kultural dan di dukung oleh masyarakat setempat baik lokal, regional maupun nasional. Dikota singkawang pun, yang terlibat bukan hanya satu etnik, melainkan semua etnik berkerja sama disitu, hadir dan merasa bahwa perayaan kultural tersebut adalah perayaan bersama.


Dibalik Toleransi di kota Singkawang, mereka juga memiliki cerita kelam pada tahun 1996-1999 yang dinamakan kerusuhan Sambas. Kerusuhan masal ini bermula di kecamatan sanggau ledo, berada di sekitar 71 km dari Singkawang. Kerusuhan ini dipicu oleh beberapa pemuda Madura yang memiliki kecemburuan sosial kepada sang kekasihnya sehingga menyebabkan pemuda dari suku Dayak tewas dibunuh. Konflik tersebut masih berlajut setelah pemuda tersebut tewas yang menimbulkan amarah dari keluarga korban. Kericuhan tersebut menyebakan kerusakan dimana-mana yang merugikan banyak orang. Tetapi semua itu sudah menjadi masa lalu yang tidak bisa dilupakan bahkan menjadi trauma yang membekas namun menjadi pelajaran bagi masyarakat Singkawang. Warga pun semakin mantap untuk membina Toleransi apabila tak ingin tragedi berdarah ini terulang kembali.

=