“Sudah saya tegaskan sejak pertama, makanan bergizi merupakan salah satu unsur dari Pendidikan karakter. Contohnya berdoa sebelum makan. Itu merupakan aspek spiritual. Selan itu ada aspek menghargai sesame, makan dengan mementingkan kebersihan, ketertiban, dan cinta lingkungan,” ujar Prof Mu’ti.
Ia melanjutkan, kebiasaan berperan penting untuk mendorong perbuatan dan karakter siswa. Jika siswa terbiasa ditanamkan perilaku baik, maka secara berkelanjutan akan membentuk karakter positif pada anak.
“Tidak semua hal perlu dijadikan mata pelajaran, karena esensi pendidikan bukan sekadar menyampaikan pengetahuan, melainkan membentuk perilaku. Jika semuanya dijadikan pelajaran formal, risikonya hanya berhenti di tataran teori. Padahal, yang lebih penting adalah membiasakan nilai-nilai itu dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan sejatinya adalah proses menanamkan kebiasaan yang membentuk karakter,” tutur Prof Mu’ti.
Sebelumnya, Badan Gizi Nasional (BGN) telah menyampaikan usulan kepada Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah agar materi tentang gizi dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah.
DYL