Notification

×

Iklan

Iklan

AL-MUQTADIR Ramadan Bersama Asmaulhusna

29 Maret 2024 | Jumat, Maret 29, 2024 WIB | Last Updated 2024-03-28T21:33:48Z

Oleh: izzarohman

Manusia lemah sekali dayanya, baik untuk mengingat ataupun untuk berbuat. Tapi ia perlu menjalani hidup begini dan begitu, dan perlu menjalankan perintah ini dan itu. Manusia sangat membutuhkan Tuhan yang berkuasa secara sempurna, yang dengan kuasa-Nya manusia dapat mengharapkan kemampuan melaksanakan perintah-Nya dan menjalankan misinya mengisi kehidupan di muka bumi. Manusia memerlukan Tuhan yang kuasa-Nya dapat membantunya tetap sadar dan ingat, membantunya terus sabar dan semangat berbuat. 


Beruntunglah manusia. Dalam al-Qur’an empat kali Allah disebut sebagai al-Muqtadir. Salah satunya di surah al-Kahfi ayat 45: Wa kanallahu ‘ala kulli syay’in muqtadira. Dan adalah Allah, Mahakuasa atas segala sesuatu.


Allah Mahakuasa. Kekuasaan-Nya sempurna. Tak ada satu pun yang menghalangi ataupun dapat menghalangi kuasa-Nya. Tak ada pula yang memberi ataupun menambahi kuasa-Nya. Dia tidak mengambil atau merebut kuasa dari selain-Nya. Tidak pula Dia bekerja sama dengan selain-Nya untuk berkuasa. Tidak pula Dia perlu berusaha untuk menambah kekuasaan-Nya.


Allah menguasai segalanya. Tak ada tetesan hujan, hembusan angin, longsornya tanah ataupun robohnya pohon, kecuali semua berada dalam kendali kuasa-Nya. Dia berkuasa atas segalanya, sehingga tak ada penolong bagi manusia bila menyekutukan-Nya. Dia kuasa memberi azab  sebesar apa pun kepada orang yang berdosa sesuai dengan dosanya. Dia kuasa menenggelamkan penguasa zalim sebesar apa pun ia dipandang berkuasa oleh manusia. Dia kuasa pula untuk memberi imbalan berlipat ganda kepada orang yang berbuat baik menjalankan perintah-Nya.


Allah satu-satunya yang berkuasa. Tidak ada selain-Nya yang benar-benar punya kuasa. Kuasa pada makhluk bersifat semu, relatif, kiasan atau pinjaman saja. Hakikatnya hanya kuasa-Nya yang berlaku. Kuasa makhluk adalah milik-Nya. Kuasa makhluk adalah pemberian dari-Nya yang tidak mengurangi kadar kuasa-Nya. 


Manusia yang sadar akan posisinya selaku hamba al-Muqtadir akan selalu bertawakal dan bergantung kepada-Nya. Dalam usahanya ia selalu percaya akan kasih sayang dan kebijaksanaan Allah. Ia tumbuh menjadi pribadi yang tenang, rendah hati, tidak bersikap sewenang-wenang, dan bersemangat mengerjakan kebaikan.


“Ya Allah, bantulah kami untuk mengingat-Mu, mensyukuri karunia-Mu, dan membaguskan ibadah kepada-Mu. Kuatkanlah kami untuk menjalankan perintah-Mu dan menjauhi larangan-Mu. Engkaulah al-Muqtadir, yang menentukan seluruh takdir, yang mengurus semua tadbir. Hanya kepada-Mu kami menyembah. Pada kuasa dan kasih-Mu kami berserah. Jauhkanlah kami dari siksa dan dosa, bimbinglah kami menuju asa dan surga.”

=