Notification

×

Iklan

Iklan

Stop Bullying pada Masa Golden Ege

20 Juli 2022 | Rabu, Juli 20, 2022 WIB | Last Updated 2022-07-20T09:27:06Z

 


Oleh : Naufalin Puspita Hermawan

Mahasiswi PGSD FKIP Uhamka


  Akhir-akhir ini banyak sekali kasus kenakalan remaja yang dilakukan oleh anak remaja baik remaja laki-laki maupun remaja perempuan . Perbuatan kenakalan ini bisa terjadi karena beberapa faktor yang di mana penyebab faktor ini mereka terpengaruh oleh lingkungan hidup sekitar mereka tinggal dan lemahnya benteng pertahanan pada dalam diri mereka masing-masing dalam artian mereka mudah tergoda ataupun terpancing oleh teman-teman mereka. Kenakalan remaja ini telah banyak menimbulkan banyak adanya dampak negatif baik untuk mereka sendiri maupun untuk orang-orang disekitarnya. Salah satu dari kenakalan remaja adalah bullying maka dari itu kita perlu melakukan tindakan penangkalan serta penanggulangan kenakalan remaja oleh orang tua , guru maupun oleh masyarakat sekitar. 


Jika di Indonesia terdapat sekitar 3,5 juta remaja yang menjadi korban bullying pada masing-masing provinsi. Korban bullying tidak hanya dialami oleh anak sekolah dasar dan sekolah menengah pertama saja melainkan juga dialami oleh pelajar sekolah menengah atas dan mahasiswa. Pada para pelajar ini SD, SMP, SMA dan Mahasiswa, pelaku seringkali membuat sebuah kelompok berisi anggota-anggota dari para pelajar lainnya yang merasa iri dengan korban. Nantinya pelaku akan diam-diam melakukan kekerasan di tempat sepi. 


Kejadian tragis akibat perundungan ini terulang kembali , Seorang pelajar SD di Bekasi mengalami perundungan oleh teman-teman di sekolahnya, Ujarnya bahwa dia salah satu korban perundungan oleh teman-teman dia disekolahnya , bahkan kejadian ini sering dialami oleh si korban pada saat disekolah. Pelajar ini mengaku bahwa dirinya mengalami trauma besar atas kejadian yang telah terjadi disekolahnya pada saat si pelaku melakukan perundingan ke korban itu ialah pelaku ini mencaci-maki , mendorong si korban hingga sampai terjatuh dan terluka parah serta dipukuli oleh si pelaku hingga si korban tidak bisa berdaya .  


Sebenarnya kejadian ini bukanlah kali pertama terjadi. Kasus serupa sudah seringkali terjadi namun seolah-olah seperti virus yang tak kunjung sembuh, justru semakin menjadi-jadi dan seperti parasit untuk di kalangan anak dan remaja yang ketegorinya di bawah umur.


Lantas bagaimana mereka mampu untuk mempertanggung jawabkannya ?. Kemudian, yang paling penting apa yang kemudian harus kita upayakan dalam tindakan preventif. Pertanggung jawaban di mata hukum, bukanlah ranah saya. Namun sependek-pendeknya pengetahuan saya, ketentuan-ketentuan terhadap hukuman tindak kriminal anak di bawah umur yang memuat  penjatuhan sanksi pidana terhadap anak salah satunya telah tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012. 

Namun sebelum berbicara ranah hukum, sebetulnya hal yang lebih harus diawasi  adalah lingkungan tempat anak bertumbuh, gaya parenting yang diterima anak beserta segala behavior yang mengakar dalam diri si anak.


Berawal dari ucapan pemakluman “Ahh Biasa Hanya Anak-Anak”

Kalimat "Ahhh! biasa hanya anak-anak" bukan hanyalah sebuah kata atau kalimat dari orang yang malas mendidik. Ini menjadi salah satu hal yang lazim, justru selagi masih anak-anak, masih dalam masa Keemasan biasa disebut dengan Golden Age, Pendidikan karakter itu harus ditanamkan dalam-dalam pada diri anak.


“Mencintai tidak selamanya harus mengiyakan semua kehendak anak, mencintai anak tidak selalu dengan membelanya di setiap waktu. Mencintai anak tidak arif rasanya jika dengan membenarkan setiap perbuatannya”. 


Pentingnya Pemahaman Karakter Empati Pada Diri Anak

Anak harus sudah mulai diberi pemahaman batasan-batasan mana yang tidak boleh dia lakukan dan mana yang boleh dilakukan. Mana perbuatannya yang benar, dan mana perbuatannya yang salah. Kapan dia harus meminta maaf, berterima kasih, dan mengucapkan tolong. Hal-hal kecil yang dianggap sepele ternyata membawa pengaruh luar biasa dalam kepribadian seorang anak.


Pemahaman yang harus diberikan itu sebagai orang tua harus membisik- bisikan berupa kata-kata positif secara berulang dan biasanya bisa dilakukan di alam bawah sadar seseorang yang bertujuan untuk memberikan afirmasi. Dalam memberikan afirmasi karakter empati, saling mengasihi , dan saling menghargai kepada anak. Hal ini bisa dilakukan menjelang tidur, dengan pembacaan dongeng yang memuat pendidikan karakter, atau ungkapan-ungkapan positif lainnya yang menegaskan pentingnya saling menyayangi, memiliki rasa empati terhadap sesama.


Sudah saatnya rasa empati ditanamkan oleh semua pihak. Dimulai dari diri kita, para orang tua, para guru, para teman, para petugas kebersihan, para petugas keamanan, penjaga warung atau kantin, tetangga, dan semua orang tanpa terkecuali, yang ingin agar tidak ada kasus-kasus tragis yang berawal dari perundungan.


Kita sudahi perundungan  bullying ini dengan cara melakukan tindakan penangkalan serta penanggulangan dengan hal itu bisa dikatakan golden ege pada para remaja , Kita harapkan pada kenakalan remaja telah bisa dilakukan serta diharapkan akan terciptanya remaja-remaja yang berkualitas yang dapat berguna bagi dirinya serta orang tua maupun orang-orang di sekitarnya. 


=