Oleh : Rayi Muhammad Aufa Jaya
Mahasiswa FEB Uhamka
Sampah selama ini
dipandang sebagai barang yang tidak berguna, sebenarnya bisa dijadikan sumber
pendapatan jika dikelola dengan baik. Sampah merupakan sumber daya yang dapat
diolah menjadi barang bernilai ekonomi. Pengolahan sampah dapat dimulai pada
kalangan rumah tangga. Fakta menunjukkan bahwa penghasil sampah terbesar di
Indonesia adalah limbah rumah tangga.
Pada akhir tahun
2020, para perusahaan start up di Indonesia meluncurkan aplikasi bank
sampah yang dapat diakses bahkan oleh ibu rumah tangga. Aplikasi ini
mengajarkan kita untuk memilah sampah yang nantinya akan kita setor ke bank
sampah terdekat. Dari semua sampah yang kita setor, perusahaan itu akan memberi
kita upah melalui dompet digital pada aplikasi tersebut. Ini adalah cara yang
efektif yang dapat bergerak secara individu apabila RT/RW setempat tidak
mengadakan program bank sampah.
Pengolahan sampah
memang tidak lepas dari keterlibatan masyarakat. Masyarakat harus diajari cara
memilah sampah organik dan anorganik. Peranan pemerintah sangat diperlukan di
dalam masalah sosialisasi dan pembudayaannya. Bagaimana pun masih banyak warga
yang belum tahu cara mengumpulkan dan mengolah sampah yang mereka hasilkan.
Pemerintah dapat
membuat teknologi yang tidak kalah canggih nya dengan perusahaan start up.
Biaya penyediaan teknologi pengolahan sampah tersebut tidak sebanding dengan
keharusan pemerintah untuk menyiapkan dana ratusan miliar tiap tahunnya untuk
perbaikan jalan dan sungai akibat sampah.
Apabila pemerintah
berhasil menggandeng pihak swasta didalam penyediaan teknologi pengolahan
sampah, biaya dapat ditekan. Peran swasta juga dapat dilibatkan di dalam
penyaluran dan pembelian produk-produknya. Usaha tersebut tentunya akan lebih
ringan dan mempermudah masyarakat yang ingin memiliki penghasilan tambahan dari
sampah yang dihasilkannya setiap hari.