Serambiupdate.com - Universitas Muhammadiyah Prof.DR. Hamka atau Uhamka adakan kegiatan pengabdian masyarakat yang bernama I-HELP Talk bersama SMA Muhammadiyah 15 Jakarta secara daring pada Sabtu (18/11).
Pusing, lemas, tidak bergairah, itu adalah sindrom penyakit yang selalu dikaitkan dengan permasalahan fisik manusia. Namun, hanya sedikit yang menyadari bahwa gejala tersebut juga mungkin merupakan persoalan yang terkait dengan mental remaja.
Sarah Handayan selaku pemateri mengatakan bahwa jumlah remaja yang mengalami permasalahan mental jumlahnya semakin meningkat. Laporan UNICEF membuktikan bahwa berdasarkan data terbaru, diperkirakan terdapat lebih dari 1 dari 7 remaja berusia 10-19 tahun di dunia yang hidup dengan diagnosis gangguan mental.
"Setiap tahun, tindakan bunuh diri merenggut nyawa hampir 46.000 anak muda, tindakan ini adalah satu dari lima penyebab utama kematian pada kelompok usia itu. Akan tetapi, masih terdapat kesenjangan besar antara kebutuhan untuk mengatasi masalah kesehatan mental dengan pendanaan yang tersedia. Hampir satu dari tiga anak muda di Indonesia (29 persen) dilaporkan sering merasa tertekan atau memiliki sedikit minat dalam melakukan sesuatu. Hal ini dinyatakan menurut survei yang dilakukan oleh UNICEF dan Gallup di 21 negara pada paruh pertama tahun 2021," tutur Sarah.
Sarah menambahkan bahwa banyak orang memiliki masalah kesehatan mental namun mereka tak menyadarinya. Padahal, gangguan kesehatan mental bisa memengaruhi kemampuan diri dan produktifitas kita. Jika tidak segera ditangani, gangguan mental bisa menyebabkan masalah serius.
"Jika merasakan hal tersebut maka carilah pertolongan professional untuk terapi lebih lanjut. Jangan khawatir, konsultasi kesehatan mental itu bukan aib dan bukan gila.Tapi untuk menyembuhkan. Jadi, lebih cepat lebik," tutur Sarah.
Sarah mengingatkan tentang Pedoman Kehidupan Islami Warga Muhammadiyah sebagai rujukan. Menurutnya, Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHWM) adalah seperangkat nilai dan norma Islami yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah untuk menjadi pola bagi tingkah laku warga Muhammadiyah dalam menjalani kehidupan sehari-hari sehingga tercermin kepribadian Islami menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
“Jika berpegang pada Qur’an dan Sunnah, Insya Allah kegelisahan bisa kita kelola," ujar Sarah.
Dilain pihak, perwakilan sekolah, Abdul Gafur menyambut positif kegiatan pengabdian masyarakat dosen yang didukung oleh Lembaga Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Prof. DR.Hamka (Uhamka).
“Semoga kegiatan ini memberikan manfaat untuk anak-anak yang memang sering berhadapan masalah stress dalam dalam tekanan saat menjadi tugas-tugas di sekolah," tutur Abdul.
Kegiatan penanganan kesehatan mental di sekolah merupakan bagian dari intervensi program Islamic Health Promoting School (I HELP). Upaya untuk menciptakan lingkungan yang sehat memerlukan komitmen negara, sekolah dan kemitraan yang luas. Permasalahan kesehatan mental mempengaruhi anak-anak dan remaja.
(ADP)