Lela Nur Anggreni
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat FIKES Uhamka
Kebakaran hutan dan lahan bukan hal baru bagi Indonesia. Asap kebakaran hutan dan lahan. Biasa
disingkat karhutla. Partisipasi manusia dalam
kebakaran hutan dan lahan jelas lebih tinggi proporsinya. Manusia
modernlah yang membuka hutan dengan ceroboh. Dahulu, ketika masyarakat
adat tinggal di hutan-hutan mereka melakukan perladangan berotasi. Mereka
membakar hutan untuk membuka lahan, dan memanen rabuk buat tanaman
mereka. Tak pernah terdengar kasus hutan terbakar lantaran mereka.
Tetapi, ketika modernisasi pengelolaan hutan dilakukan, HPH masuk ke
tanah-tanah adat maupun tanah yang tak bertuan, transmigrasi merambah hutan,
bencana kebakaran mulai terjadi. Lebih buruk lagi, ketika hutan-hutan
dibuka untuk pencetakan sawah, untuk pertambangan, dan untuk perkebunan,
bencana kebakaran semakin sering terdengar.
Selanjutnya, mari
kita bahas tentang asap rokok yang tidak pernah padam. Di Indonesia, sejarah mencatat, tembakau dibudidayakan untuk
melayani kepentingan pemerintah kolonial Belanda. Tanam paksa atau cultuurstelsel—yang
sebetulnya bermakna netral ‘sistem kultivasi’—adalah jalan masuk merebaknya penanaman
tembakau di Indonesia. Tanam paksa yang berorientasi ekspor itu kemudian
diikuti dengan penanaman untuk konsumsi lokal oleh para pengusaha keturunan
Tiongkok yang menjadi pemilik perusahaan-perusahaan rokok di Pulau Jawa.
Setelah jumlah perokok menjadi sangat besar di negeri ini, para pemodal asing
kemudian kembali berdatangan. Ini membuat Indonesia yang belum
memiliki visi perlindungan yang kokoh bagi warganya menjadi surga terakhir
industri rokok global.
Berbeda dengan karhutla yang asapnya datang pada waktu-waktu
tertentu, asap rokok terus menerus ada. Bukan hanya di tempat-tempat
tertentu juga, melainkan di seluruh tempat di Indonesia. Silakan kunjungi
tempat-tempat terpencil, dan kita akan melihat asap mengepul dari mulut para
perokok.
Karena perilaku merokok terjadi terus-menerus, dampak
produksi dan konsumsinya juga demikian. Produksi rokok global telah
diketahui bertanggung jawab atas deforestasi sebanyak 200 ribu hektare setiap
tahun. Ratusan juta pohon hilang karena hutan dibabat untuk budidaya dan
pengeringan tembakau yang banyak menggunakan kayu bakar.juga kita bisa dapati
di kota-kota besar.