Notification

×

Iklan

Iklan

Pusat Studi Neurosains Uhamka; Tidak Efektif Gambar Peringatan Kesehatan di bungkus Rokok

13 Agustus 2021 | Jumat, Agustus 13, 2021 WIB | Last Updated 2021-08-13T12:21:31Z


Serambiupdate.com
Pusat Neurosains Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka merupakan suatu lembaga yang berfokus pada pemahaman tentang fungsi otak, di mana hal tersebut dapat membantu mengoptimalkan sistem pembelajaran yang optimal. Kehadiran Pusat Neurosains Uhamka menjadi bukti dukungan Uhamka untuk memaksimalkan tenaga pengajar yang mengedepankan kebutuhan mahasiswa dan tentunya memahami dengan baik kerja otak mahasiswa untuk memudahkan mereka menyerap semua pembelajaran.

 

Selain itu, Pusat Neurosains juga berfokus pada berbagai penelitian, diantaranya penelitian dengan judul Analisis Atensi Visual Perokok dan Non Perokok Berbasiskan Human Eye Tracker terhadap Gambar Peringatan Kesehatan Pada Bungkus Rokok yang berhasil dipublikasikan di Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas pada Juli 2021.

 

Penelitian yang beranggotakan Rizki Edmi Edison, Yayu Hizza Anisa dan Fikry Ravi Fauzy merupakan bagian dari Pusat Neurosains Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka.

 

Rizki Edmi Edison sebagai Kepala Pusat Neurosains Uhamka mengatakan, “berbagai studi yang menjabarkan efektivitas gambar peringatan kesehatan di Indonesia memang menunjukkan hasil yang bervariasi. Walau memang ada laporan yang menunjukkan pengurangan intesintas merokok, namun tak sedikit pula yang tidak pedui terhadap gambar tersebut.”

 

Edmi menambahkan, permasalahannya terletak pada studi-studi tersebut masih mengandalkan pendekatan konvensional sehingga potensi subjektivitas dan hasil bias pun bisa terjadi. "Oleh karena itu, perlu dilakukan satu pendekatan yang lebih objektif dan bias-free. Studi kami mendasarkan analisis pada hasil pemeriksaan eye tracking," ujarnya.

 

 

Di lain pihak Yayu mengatakan hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan atensi visual

yang sangat mencolok antara perokok dan non perokok kala melihat bungkus rokok yang memuat gambar peringatan kesehatan.

"Gambar penyakit akibat rokok, ternyata menjadi perhatian utama masyarakat yang tidak merokok. Sedangkan, para perokok, malah hanya berfokus pada logo rokok, dengan kecenderungan menghindari gambar penyakit rokoknya, ” tuturnya.

 

Berkaca pada hasil penelitian tersebut tentu patut menjadi bahan pertimbangan berbasis data ilmiah, bahwa perlu adanya peninjauan terkait penambahan persentase besaran gambar peringatan kesehatan pada bungkus rokok agar tak ada lagi celah yang bisa dijadikan pelarian bagi para perokok ketika melihat bungkus rokok tersebut oleh para pembuat kebijakan.

 

=