Notification

×

Iklan

Iklan

Aplikasi Keilmuan Muslim Masa Kini

22 April 2021 | Kamis, April 22, 2021 WIB | Last Updated 2021-04-22T02:51:19Z



 Imaduddin Al Fanani, Mahasiswa Uhamka

Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW dalam keadaan tidak mampu membaca dan juga menulis (Umi) di tengah-tengah umatnya yang tidak mampu mengenal apa itu membaca dan menulis alias buta huruf. Namun, yang menjadi pertanyaan kenapa justru wahyu yang pertama kali turun melalui malaikat Jibril adalah perintah untuk membaca (Iqra’)? Hal ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama ilmu dan “membaca” merupakan sesuatu yang sangat penting untuk membangun peradaban.

Menurut bahasa membaca (Iqra’) diambil dari bahasa Arab Qara’a - Yaqra’u – Qira’atan – Waqur’anan yang memiliki arti membaca. Membaca disini tidak hanya dimaknai membaca secara tekstual saja, namun lebih dari pada itu yaitu membaca secara kontekstual bagaimana belajar dan memahami hamparan realitas ciptaan tuhan baik yang terjangkau oleh panca indra manusia ataupun yang tidak dapat terjangkau oleh panca indra manusia (Ghoib).

Namun, membaca tidak akan sempurna jika tanpa dibarengi dengan akal. Di dalam Al Qur’an disebutkan banyak hal tentang akal (ilmu) dengan segala derivasinya mulai dari Aql, Fikr, Ilm, dll. Dari sinilah kita tahu bahwa Islam tak diragukan lagi akan ilmunya atau Islam adalah agama ilmu. Bahkan Allah SWT memerintahkan hambahNya melalui RasulNya akan wajibnya menuntut ilmu bagi umat muslim. Tidak hanya itu, Allah juga akan mengangkat beberapa derajat bagi orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat.

Sebagai agama Rahmatan Lil Alamin, agama Islam pernah mencapai puncak kejayaan dan keemasan ilmu pengetahuan dan sains yang berlangsung kurang lebih seribu tahun lamanya. Banyak ilmuan-ilmuan muslim yang melahirkan karya-karya cemerlang dan kontribusi besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan hingga saat ini.

Al Khawarizmi, Ibnu Haitsam, Ibnu Sina, Ar Razi dan masih banyak ilmuan-ilmuan muslim lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Mereka adalah ilmuan-ilmuan muslim yang mana karya-karyanya masih sangat relevan dengan perkembangan zaman hingga menjadi rujukan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan sains modern hingga abad 18. Mereka mampu menjadi ilmuan-ilmuan muslim ditengah kekurangan dan keterbatasan pada saat itu, apalagi kita yang hidup di zaman yang serba canggi dan modern ini tentunya harus bisa memberikan hal lebih dari pendahulu-pendahulu kita dengan segala kemudahan saat ini.

Iman tanpa kecerdasan akan melahirkan umat yang lumpuh. Begitu pula sebaliknya, kecerdasan tanpa iman akan melahirkan kebiadaban. Demikian pula, ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon yang tidak berbuah. Buahnya ilmu dapat diperoleh melalui pengalaman dan amal. Perpaduan ilmu dan amal inilah yang nantinya akan mewujudkan suatu amal ilmiah dan ilmu amaliah, artinya ilmu itu haruslah diamalkan dan amal itu haruslah ilmiah (Tidak taqlid dan dapat dipertanggung jawabkan).

Founding father Muhammadiyah kerap kali mengatakan “Manusia semua akan mati kecuali orang-orang yang berilmu atau para ulama’. Dan orang-orang yang berilmu atau ulama’ semua akan bingung kecuali orang yang telah beramal. Dan orang-orang yang telah beramal masih khawatir atau takut kecuali orang yang beramal dengan niat ibadah ikhlas karena Allah”. Beliau tidak hanya mengajarkan dan menekankan pentingnya ilmu, tetapi juga menekankan pentingnya amal, yaitu amal yang fungsional dan solutif yang dilaksanakan dengan niat ikhlas beribadah kepada Allah SWT.

Dengan spirit inilah amal ilmiah dan ilmu amaliah Muhammadiyah sukses membangun Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang banyak diberbagai bidang. Rumah Sakit, Panti Asuhan, Sekolah, dan lain-lain adalah beberapa contoh gerakan Ilmu Amaliah dan Amal Ilmiah.

=