Serambiupdate.com Pakar Biomolekuler Universitas Sriwijaya (Unsri), Prof Yuwono mengkritisi biaya pendidikan dokter yang tergolong sangat mahal. Hal ini menjadi sebuah kekhawatiran karena akan membuat para lulusan fakultas kedokteran bekerja hanya dengan maksud untuk mengembalikan modal pendidikan yang telah diinvestasikan.
Artinya, dokter di masa depan
memiliki orientasi untuk bekerja mencari uang saja. Dokter tidak lagi bekerja berdasarkan
kepentingan untuk menyelamatkan masyarakat, melainkan demi menghasilkan cuan.
Profesor Ilmu Kedokteran Unsri
ini menyampaikan, jika benar terjadi seperti itu, tentunya ini menyimpang dari
kewajiban dokter kepada pasien yang wajib bersikap tulus ikhlas dan
mempergunakan seluruh keilmuan dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien.
Adapun, hal ini ia sampaikan
melalui akun media sosialnya @profyuwono. Dalam tulisannya dia sedikit
membagikan pengetahuannya dengan awalan Ongkos Jadi Dokter.
Sebagai sebuah pengantar, Prof
Yuwono juga mengatakan bahwa pekerjaan sebagai dokter relatif hanya bisa
didapatkan oleh orang yang memiliki uang. Sebab, diketahui bahwa biaya yang
harus dikeluarkan orang tua sangat besar.
“Relatif hanya orang kaya yang
mampu sekolah dokter. Investasi mendidik seorang untuk jadi dokter memang tidak
murah,” tutur dia dalam akunnya dikutip JawaPos.com, Selasa (5/10).
Diketahui untuk di Unsri sendiri,
pihak universitas menetapkan Biaya Operasional Pendidikan (BOP) sebesar Rp 200
juta ketika masuk. Lalu, biaya preklinik Rp 30 juta per semester dan biaya
klinik Rp 45 juta per semester.
“Saya khawatir, setelah jadi
dokter, mereka berlomba cari duit utk mengembalikan investasi yang hampir 750
juta (12 semester),” tuturnya.
Diharapkan pemerintah dapat memberikan
keringanan biaya bagi anak muda Indonesia yang bercita-cita sebagai dokter.
Sehingga tidak ada talenta muda yang sia-sia.
“Moga pemerintah bisa membiayai
ini 50 persen-100 persen, hingga anak-anak yang cerdas bertalenta, namun
miskin, bisa menjadi dokter yang berakhlak, cerdas dan gemar menolong,” pungkas
dia.