Serambiupdate.com - Tim Dosen Fakultas Farmasi dan Sains (FFS) Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA (Uhamka) melakukan kegiatan Edukasi Pemanfaatan Herbal dan Aromaterapi untuk Mengatasi Penyakit Tular Vektor di Desa Panyosogan, Kuningan, Jawa Barat.
Kegiatan ini dilakukan dalam rangka melakukan bagian dari tri dharma perguruan tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat. Adapun pada kegiatan ini dosen yang bertugas adalah Rindita dari program studi Farmasi FFS Uhamka, Oktadio Erikardo dan Nurul Azmah N dari program studi D4 Analis Kesehatan FFS Uhamka.
Penyakit tular vektor di suatu wilayah erat kaitannya dengan kualitas lingkungan dan pola hidup bersih dan sehat yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Penyakit tular vektor seperti malaria, filariasis, dan demam berdarah Dengue (DBD) dapat ditularkan oleh vektor nyamuk ke masyarakat, dan jika tidak ditangani dengan tepat akan menjadi wabah di wilayah tersebut. Sebagai contoh, kasus DBD di Kabupaten Kuningan pada tahun 2022 masih terdapat peningkatan lebih dari 100%, bahkan menyebabkan kematian. Untuk kasus penyakit filariasis, Kabupaten Kuningan dulu diketahui merupakan salah satu daerah endemis filariasis, akan tetapi tidak menunjukkan pertambahan kasus pada tahun 2021, namun demikian upaya preventif tetap harus dilakukan agar tidak ditemukan kasus filariasis yang baru. Begitu pula halnya dengan malaria, kasus yang pernah terdeteksi adalah kasus impor dan tahun 2020 sudah tidak ditemukan lagi kasus malaria (Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan).
Rindita selaku dosen pelaksana dengan latar belakang Biologi Farmasi mengatakan, dari Desa Panyosogan adalah salah satu dari 16 desa yang berada di Kecamatan Luragung, di Kabupaten Kuningan. Dataran di Kabupaten Kuningan berkisar di ketinggian antara 120 – 1200 meter di atas permukaan laut. Wilayah ini dikelilingi perbukitan dan juga dekat dengan kaki Gunung Ciremai, dapat diperkirakan juga merupakan wilayah yang subur dan memiliki banyak keanekaragaman tumbuhan.
“Tanaman obat seperti sereh dan jeruk nipis dapat dimanfaatkan untuk mencegah berkembangnya penyakit tular vektor, karena beberapa spesiesnya memiliki senyawa yang tidak disukai oleh vektor seperti nyamuk,” jelas Rindita.
Selain itu, Nurul Azmah yang memiliki keahlian dalam bidang Analis Kesehatan/Teknologi Laboratorium Medik mengatakan, kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat sebagai mitra untuk lebih aktif dalam melakukan tindakan promotif dan preventif terhadap penyakit tular vektor yang masih terdapat di wilayah Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
“Pada kesempatan ini saya memberikan materi tentang jenis-jenis nyamuk yang berperan sebagai vektor dan penyakit yang disebabkannya, terlihat para peserta sangat antusias untuk mempelajari materi tersebut. Para peserta yang sebagian besar adalah ibu-ibu kader jumantik, posyandu, dan posbindu yang mengetahui kondisi desa mereka dengan baik terkait kasus penyakit infeksi tular vektor nyamuk,” ujar Nurul.
Di lain pihak, Oktadio Erikardo yang juga memiliki keahlian di bidang Analis Kesehatan/Teknologi Laboratorium Medik dalam materinya menjelaskan gejala-gejala yang dapat dialami seseorang yang terkena DBD, malaria, maupun filariasis.
“Saya juga mengajak para peserta untuk melakukan pencegahan dan pengobatan dengan tuntas agar kasus penyakit akibat tular vektor di Desa Panyosogan, Kuningan, Jawa Barat terus menurun,” ucap Oktadio.