Kegiatan
ini antara lain dihadiri oleh Assoc Prof
Sudarnoto Abdul Hakim Badan Pembina Harian (BPH) Uhamka, Rektor UHAMKA
Prof Gunawan Suryoputro, Anisia Kumala (Wakil Rektor I), Desvian Bandarsyah
(Wakil Rektor II), Prof Nani Solihati (Wakil Rektor III) dan Muhammad
Dwifajri (Wakil Rektor IV). Selain itu,
hadir juga Prof Syafiq Mughni Ketua PP
Muhammadiyah, sejumlah diplomat, tokoh, akademisi dan komunitas mahasiswa
internasional. Nara sumber seminar ini berasal dari Indonesia Dan Malaysia.
Mereka adalah Prof M. Din Syamsuddin,
Assoc Prof Sohirin Solihin,
Chusnul Mar’iyah Ph.D, Dr. Nazaruddin Nasution, Sen. Mohd Yusmadi bin
Moh Yusoff, Lili Yulyadi Arnakim, Ph.D,
Assoc Prof Zulkifli Hasan.
Dalam
sambutannya, Prof Gunawan Suryoputro Rektor Uhamka mengungkapkan bahwa
pendidikan memiliki peran penting dalam mewujudkan perdamaian di tingkat Asia
Tenggara hingga dunia. Menurut dia, upaya-upaya perdamaian tersebut akan
efektif dengan adanya media pendidikan yang dapat diimplementasikan kepada
masyarakat sejak dini.
“Dengan
adanya seminar internasional antara Malaysia dan Indonesia ini akan mewujudkan
lebih banyak upaya perdamaian untuk bisa dikembangkan,” ujarnya
Gunawan
juga mengatakan, perdamaian dapat diwujudkan dengan adanya kesatuan antara ide
dan gagasan serta terobosan yang membangun untuk masa depan.
“Pendidikan
tentunya memiliki posisi yang penting untuk mewujudkan hal tersebut. Setiap
upaya perdamaian akan lebih berpengaruh melalui media pendidikan yang lebih
terstruktur,” ujar Prof Gunawan.
Tantangan
Perdamaian
Ketua
PP Muhammadiyah Prof Syafiq Mughni memandang saat ini dunia masih menghadapi
tantangan seputar perdamaian, mulai dari perebutan kekuasaan, monopoli,
ekstremisme, hingga Islamofobia. Maka dari itu, kata dia, ini menjadi momen
yang penting untuk membahas permasalahan tersebut.
Ia
melanjutkan, Muhammadiyah sebagai organisasi Islam menjadikan Islam sebagai
filosofi dan cita-cita masa depan yang dirumuskan ke dalam Islam berkemajuan.
“Tantangan
kenegaraan pun menjadi tugas Umat Islam untuk memecahkan masalah ini
bersama-sama. Umat Islam harus mampu menghadapi pemahaman yang salah tentang
agama, serta mengimplementasikan Islam yang Rahmatan Lil ‘Alamin,” ujar dia.
Dia
menjelaksan, seminar internasional ini merupakan ruang untuk membahas
permasalahan-permasalahan dunia saat ini, mulai dari ekstremisme hingga
Islamofobia.
“Umat
Islam memiliki peran penting untuk meluruskan dan mengimplementasikan Islam
yang rahmat bagi seluruh alam dengan tidak menyalahgunakannya untuk kepentingan
pribadi. Hal ini pun menjadi pandangan utama kami pada Muktamar Muhammadiyah
Ke-48 untuk membangun Islam Berkemajuan,” ungkapnya.
Sinergi
Membangun Peradaban
Di
lain pihak, Assoc Prof Sudarnoto Abdul
Hakim menyatakan bahwa melalui seminar Internasional Indonesia-Malaysia Outlook
ini dapat membangun situasi Asia Tenggara yang kondusif untuk membangun ekonomi
dan peradaban yang kokoh. Ia juga mengatakan bahwa keamanan dan perdamaian menjadi
penting beriringan dengan stabilitas ekonomi serta politik. Ini sebagai syarat
terwujudnya demokrasi.
“kedua negara Indonesia Dan Malsysia harus tampil sebagai
negara dan bangsa yang kuat secara ekonomi dan politik. Selain itu, peran
diplomatik dua Negara melalui Organisasi
Kerja Sama Islam (OKI) sangat penting untuk membangun dunia aman tanpa
peperangan, genosida dan menyelesaikan krisis kemanusian,” kata dia. Karena itu, menurutnya harus dibangun aliansi global di mana Indonesia dan Malaysia bisa secara
maksimal memainkan peran strategis.
“Saya
melihat Anwar Ibrahim adalah tokoh penting dalam sejarah perjalanan politik
Malaysia. Sebagai seorang muslim sejati, intelektual, kritis dan terbuka ia
memperkenalkan konsep Malaysia Madani. Ide ini sungguh penting Dan memiliki
spirit sama dengan Islam Berkemajuan. Menurut saya, sebagaimana yg saya
jelaskan dalam buku saya, bahwa dua gagasan ini
sangat dibutuhkan untuk memperkokoh demokrasi di dua negara ini”. Tapi,
kata Sudarnoto, ini tidak mudah dan menghadapi tantangan besar. Dia berharap
para pembaca dapat mengenal dengan lebih baik negara tetangga kita yaitu
Malaysia agar dapat menjalin sinergi dengan baik.
Sementara itu, Mohammad Fazril bin Mohd Saleh selaku
Secretary General ABIM mengatakan bahwa acara ini merupakan momen yang penting
untuk dikembangkan lagi di berbagai tempat dan sektor. Ia
berharap adanya resolusi dan tindakan dalam melaksanakan proses peningkatan
hubungan Indonesia dengan Malaysia.
“Harapan
kami akan hadir sebuah resolusi yang dapat membuat hubungan Indonesia dan
Malaysia semakin kompleks dalam berbagai lapisan, bukan hanya antar pemerintah
tetapi juga seluruh sektor lainnya saling berhubungan termasuk ABIM untuk
masyarakat,” tutur Mohammad Fazril.