Pendidikan merupakan kegiatan penting dalam membangun
peradaban. Terbukti dari segi historis seluruh persitiwa atau fenomena manusia
yang turut serta menjadi faktor pendorong laju peradaban sejak masa lampau
sampai di masa sekarang terjadi dikarenakan pendidikan. Sekalipun pendidikan
formal seperti sekolah baru ditemukan beberapa abad yang lalu, sesungguhnya
manusia sudah menjalankan kegiatan pendidikan untuk meningkatkan mutu hidupnya.
Sebut saja kegiatan yang dilakukan sekelompok filsuf terdahulu yang mengajar
dan berdiskusi dengan muridnya atau rekannya hingga ilmu atau gagasan yang
mereka hasilkan akan terus menyuburkan berantara ilmu pengetahuan. Juga ketika para
Nabi terdahulu yang mengajarkan serta menyebarkan kepercayaan dan perdamaian
kepada para umat-Nya sampai kini. Bahkan ketika para manusia awal peradaban
belajar kegiatan ekonomi atau berdagang yang sekarang sudah menjadi ilmu
ekonomi yang begitu luas. Seluruh kegiatan yang telah disebutkan tadi termasuk
dalam pendidikan, sehingga dapat dilihat betapa besarnya pengaruh pendidikan di
muka bumi ini.
Pendidikan
tidak hanya menjadi faktor tumbuh dan berkembangnya kehidupan manusia, namun
pendidikan itu sendiri telah bertumbuh menjadi suatu ilmu sendiri yang begitu
dalam, serta juga akan selalu berkembang tanpa batas. Ilmu pendidikan telah
diciptakan atau dikemukakan oleh para ahli pendidikan terdahulu dikarenakan
kesadaran peran penting pendidik dalam dunia pendidikan. Demi mencapai tujuan
pendidikan yang luhur, faktor utama bukan hanya di tangan siswa atau si
penerima pendidikan, namun juga peran pengajar dalam memberikan ilmu juga
pengetahuan secara efektif. Kesadaran akan pentingnya peran pendidik menjadi faktor
lahirnya ilmu pendidikan yang disediakan di kampus-kampus untuk calon pendidik
atau guru.
Pendidik
seharusnya berusaha semaksimal mungkin menjadi makhluk mulia sebagaimana
pendidikan yang menjadi kegiatan mulia. Keharusan ini dimaksud agar kelak para
peserta didik yang polos dapat mendapatkan contoh teladan yang baik dalam
karakter maupun dalam kepandaian. Sebagai calon guru atau pendidik, mahasiswa
yang mempelajari tentang ilmu pendidikan pasti mengetahui persis asas-asas,
metode, dan berbagai pembahasan yang terdapat dalam lingkup ilmu pendidikan.
Tidak terkecuali tujuan pendidikan itu sendiri.
Secara
sederhana pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia sebagai manusia
sejatinya atau memanusiakan manusia. Memanusiakan manusia dapat diartikan
menjadi beragam gagasan, salah satunya membentuk manusia untuk bertindak
selayaknya manusia. Satu-satunya makhluk di dunia ini yang memiliki akal
pikiran dan hati nurani adalah manusia. Jadi diharapkan ketika manusia
melakukan kegiatan pendidikan, setelahnya ia dapat mempergunakan akal
pikirannya untuk berpikir secara rasional, dan juga mempergunakan hati nurani
untuk menghargai berbagai hal. Dengan salah satu tujuan pendidikan yang telah
dituliskan tersebut, mahasiswa ilmu pendidikan wajib menaati juga
melaksanakannya, sebagai upaya untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut. Ini
juga menjadikan indikasi bahwa pendidik tidak hanya memberikan materi
pembelajaran namun juga memberikan pembelajaran moral. Demikian juga calon
pendidik atau mahasiswa ilmu pendidikan.
Sebuah
kesalahan besar ketika mahasiswa ilmu pendidikan tidak dapat melaksanakan
tujuan pendidikan. Karena ia dikhawatirkan akan kehilangan arah dalam
melaksanakan kegiatan pendidikan kelak. Mahasiswa ilmu pendidikan mesti dapat
berpikir secara rasional, dan bukan berpikir secara sempit. Mereka dituntut
untuk dapat memecahkan berbagai masalah dengan daya berpikir kritis. Untuk
memperoleh itu mahasiswa ilmu pendidikan seharusnya berkuliah dengan
sungguh-sungguh, haus akan ilmu, dan aktif dalam kegiatan pembelajaran, bukan
justru bermalas-malasan dan meremehkan perkuliahan. Dan juga mahasiswa ilmu
pendidikan sebagai calon pendidik harus memiliki moral dalam segi apapun
termasuk bersosial. Mahasiswa ilmu pendidikan seharusnya dapat menghargai
sesama dengan saling menolong, menjaga tutur kata, dan beretika sebagaimana
mestinya.Dan yang tidak kalah penting menghargai waktu, dengan selalu disiplin
demi memberikan contoh kepada pendidik kelak betapa pentingnya waktu.
Terakhir
mahasiswa ilmu pendidikan mampu menghargai pendidik seperti guru ataupun dosen.
Disamping karena tuntutan moral, dengan menghargai pendidik mereka saat ini,
kelak mereka juga akan dihargai ketika menjadi pendidik. Begitu juga
sebaliknya, ketika mereka tidak dapat menghargai, maka niscaya kelak dia tidak
akan pernah dihargai sebagai pendidik. Ketika mahasiswa ilmu pendidikan telah
menjadi manusia bermoral dan mampu berpikir secara rasional, maka sesusunggunya
dia bukan hanya sudah berhasil sebagai mahasiswa ilmu pendidikan, namun juga
menjadi manusia utuh yang berpendidikan. (Jakarta, 29 May 2021)