Notification

×

Iklan

Iklan

Quarter Life Crisis

07 Januari 2022 | Jumat, Januari 07, 2022 WIB | Last Updated 2022-01-07T02:51:28Z

 


Karya Anaka Irsa Santoso

Mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat Fikes UHAMKA

 

Memasuki umur 20 tahun, individu akan dikenalkan dengan istilah Quarter Life Crisis, yang jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia adalah krisis di usia seperempat hidup atau dalam rentang usia 20 sampai 30 tahun (Tutut Setyorini, 2019). Biasanya dalam rentang usia itu, Quarter Life Crisis dimulai saat menjelang masa akhir kuliah, di mana akan mulai memikirkan karir, asmara, dan kehidupan selanjutnya yang memang akan tampak begitu asing. Serta pada usia tersebut banyak keputusan-keputusan besar yang harus diambil serta tanggung jawab yang diemban, jika memang tidak ingin tersisih dari masyarakat. Ini adalah fenomena yang biasanya terjadi pada rentang usia 18-30 tahun, yang ditandai dengan rasa cemas dan gelisah akan banyak hal dalam kehidupan. Orang yang mengalami quarter life crisis biasanya merasa tidak memiliki arah, bingung, dan khawatir akan ketidakpastian dalam kehidupan di masa depan.

Sebagai contoh, terlihat jelas bahwa globalisasi dan perkembangan, seperti internet dan media sosial yang memberikan seseorang dengan terlalu banyak pilihan dan dengan demikian memiliki banyak tekanan untuk memutuskan jalan yang diinginkan. Quarter life crisis menyebabkan kecemasan dan kebingungan. Serta kemungkinan finansial ekonomi yang tidak stabil. Selain itu, harapan dari orang tua dan masyarakat menciptakan konflik tambahan dalam diri seseorang yang ingin meluangkan waktu untuk mencari tahu siapa mereka, menganggap telah membeli properti pada usia dari 25-30 tahun baru dianggap sebagai seseorang yang sukses. seseorang tersebut akan diserang dengan berbagai pertanyaan yang menyudutkan sehingga dapat menjadi masalah dan akan sangat berpengaruh bagi kesehatan mentalnya sehingga perlu diberikan pemahaman dan cara mengatasi masalah tersebut.

Oleh karena itu, terdapat beberapa pesan untuk menghadapi Quarter Life Crisis dengan baik yaitu mengenali diri lebih dalam, menentukan tujuan dan pencapaian, membuat skala prioritas, tidak membandingkan diri dengan orang lain, berkomunikasi dengan orang tua, mencari mentor, dan menemui tenaga profesional seperti psikolog jika masalah semakin rumit.

Menurut First Direct Bank,  fase Quarter Life Crisis terbagi menjadi 2 tipe utama yakni locked-in (meliputi realitas tidak sama dengan ekspektasi, membebaskan diri, mencoba hal baru, resolusi dan perkembangan. Kedua, locked-out (meliputi bersemangat, mengulangi banyak kesalahan, refleksi, penyederhanaan dan resolusi). Individu yang mengalami Quarter Life Crisis akan mengalami masa eksplorasi dan refleksi selanjutnya menyusun rencana baru sebagai bentuk usaha untuk keluar dari Quarter Life Crisis yang sedang dihadapi. Berdasarkan fase dan problematika masa Quarter Life Crisis, seseorang yang memasuki usia dewasa seharusnya mampu menghadapi permasalahan yang muncul dalam hidupnya. Masa dewasa awal adalah masa pembentukan daripada kemandirian individu baik itu secara pribadi maupun ekonomi, seperti karir yang mulai berkembang, mulai memilih pasangan, dan memulai sebuah keluarga (Santrock, 2002). Berdasarkan perkembangan kognitifnya, individu yang memasuki dewasa awal seharusnya telah dapat berpikir secara reflektif dan menekankan pada logika kompleks serta melibatkan intuisi dan juga emosi dalam dirinya (Papalia; Olds; Feldman, 2009).

Untuk menghadapi Quarter Life Crisis dengan baik dapat dilakukan dengan cara bersabar dalam berproses diri, melakukan hal yang membuat diri sendiri lebih nyaman, menjauhkan diri dari lingkungan yang memberikan dampak negatif, bersyukur dengan pencapaian sendiri, hiduplah di masa sekarang, berbagi dan menjadi manfaat bagi orang lain, menemukan motivasi, serta selalu berdoa dan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Quarter Life Crisis yang dialami individu bila tidak cepat ditangani akan semakin tenggelam dalam lingkaran depresi yang berpotensi menimbulkan keinginan untuk mengakhiri hidup. Cobalah beri diri sendiri waktu untuk makan enak, bertemu teman, bermeditasi, menulis di jurnal, atau berolahraga. Jika kamu tidak merawat diri dengan baik, hampir tidak mungkin untuk bisa mencapai tujuan kamu.Perlu diingat bahwa tujuan hidup tidak melulu soal melaju pesatnya karir dan kesuksesan. Hal itu penting, tapi bisa jadi tidak bermakna bila kamu tidak menikmati hidup, dan menghabiskan waktu untuk melakukan hal-hal yang kamu sukai.

 


 

 

 

=