Notification

×

Iklan

Iklan

Kasus Hepatitis Akut Meneror Indonesia

27 Juni 2022 | Senin, Juni 27, 2022 WIB | Last Updated 2022-06-27T02:42:00Z

 


 


Oleh : Nanda Khoirrinah

Mahasiswa FKIP Uhamka



Dari berbagai negara, dilaporkan terjadi ratusan kasus hepatitis akut berat yang menyerang anak-anak dan belum jelas penyebabnya. Salah satunya adalah Indonesia. Dari masuknya kasus hepatitis akut ke Indonesia, negara perlu mengambil langkah antisipasi yang diperlukan, masyarakat juga perlu waspada. Kasus dugaan hepatitis akut di Indonesia yang belum diketahui penyebabnya makin bertambah. Berkaca pada kasus Covid-19, Syahril meminta orangtua atau masyarakat harus lebih waspada jika menemui gejala awal seperti demam, mual, muntah, diare agar tak berlanjut ke gejala berat. Dari kasus hepatitis akut yang ditemukan di Indonesia, sudah merenggut nyawa beberapa orang. Dari yang meninggal tersebut, sebenarnya belum dipastikan penyebab hepatitis akutnya, memang keterlambatan dirujuk ke rumah sakit dan dirujuk ke rumah sakit dalam keadaan berat.

Pada dasarnya penyakit hepatitis dapat disembuhkan tanpa gejala menetap. Namun, potensi terkena kembali ada ketika melakukan kontak dengan pasien yang diduga hepatitis akut. Sebagai pencegahan, masyarakat diminta melakukan pola hidup bersih dan sehat. “Meski gejala yang ditemukan mengarah pada Hepatitis Akut namun belum bisa dipastikan pasien menderita Hepatitis Akut, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium lebih lanjut,” ucap dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH.

Hepatitis yang saat ini ramai menjadi perbincangan bukanlah hepatitis yang sudah lama dikenal selama ini. Hepatitis yang merupakan peradangan organ hati biasanya terjadi karena virus hepatitis, baik tipe A, B, C, D, atau E. Sementara itu, hepatitis yang sekarang masuk disease outbreak news (DONs) WHO justru tidak ditemukan virus hepatitis A sampai E itu walaupun yang dialami pasiennya ialah penyakit hepatitis juga.

Tentang penyebab pasti hepatitis kali ini memang masih perlu penelitian lebih lanjut, setidaknya dalam empat aspek. Pertama apakah mungkin ada perubahan pada adenovirusnya. Kedua, apakah ada virus-virus lain yang juga bersama-sama berperan menimbulkan penyakit. Ketiga, apakah ada faktor lain seperti toksin, pencemaran makanan atau aspek lingkungan, serta keempat apakah mungkin ada hal tertentu pada pasien yang terkena penyakit ini. Faktor lain juga masih harus diteliti, termasuk mungkin adanya peningkatan kerentanan kepekaan anak-anak sesudah relatif rendahnya sirkulasi adenovirus selama pandemi covid-19, serta juga kemungkinan lain sehubungan koinfeksi dengan virus SARS-CoV-2. 


=