Notification

×

Iklan

Iklan

Pendidikan Perempuan di Bawah Kepemimpinan Taliban

06 Oktober 2021 | Rabu, Oktober 06, 2021 WIB | Last Updated 2021-10-06T01:55:19Z


Serambiupdate.com
Hingga saat ini, sekolah menengah di Afghanistan masih ditutup. Hal ini meningkatkan kekhawatiran mengenai masa depan pendidikan perempuan di bawah kepemimpinan Taliban.

 

Taliban mengizinkan anak laki-laki dalam kelompok usia tujuh hingga 12 tahun untuk menghadiri kelas pada bulan lalu. Namun, jutaan siswi di seluruh Afghanistan masih menunggu dibawah kecemasan untuk kembali bersekolah.

 

 

Sebelumnya, Wakil Menteri Informasi dan Kebudayaan di kepemimpinan Taliban Zabihullah Mujahid, mengatakan Taliban tengah mengerjakan prosedur untuk mengizinkan siswa perempuan kembali bersekolah. Talibam telah berjanji untuk mengizinkan perempuan bekerja dan belajar saat menggelar konferensi pers pertamanya setelah menguasai Afghanistan pada 15 Agustus  2021.

 

Pengecualian yang terus terjadi pada anak perempuan untuk bersekolah makin memperburuk ketakutan di masyarakat Afghanistan bahwa Taliban dapat kembali seperti saat mereka berkuasa pada 1990-an.

 

Dalam satu setengah bulan sejak mereka berkuasa, Taliban memerintahkan pekerja pemerintah perempuan untuk tinggal di rumah. Taliban mengumumkan kabinet yang semuanya laki-laki dan menutup Kementerian Urusan Perempuan.

 

Penundaan sekolah bagi siswa perempuan telah membuat mereka mengajukan pertanyaan berbahaya, seperti, Mengapa Taliban memiliki masalah dengan kita? Mengapa hak kami yang diambil?” kata Advokat Pendidikan, Toorpekai Momand, dilansir dari Aljazeera, Selasa, 5 Oktober 2021.

 

Momand yang telah menghabiskan 10 tahun bekerja sebagai administrator sekolah, termasuk di antara ratusan perempuan di Afghanistan dan luar negeri berusaha memastikan Taliban memenuhi janji mereka untuk mengizinkan perempuan kembali ke sekolah dan kantor.

 

Momand mengkui telah mengalami kesulitan dalam mencoba mendapatkan kepastian penundaan itu dari Taliban. Saat dia bersama rekan-rekannya bertemu dengan pejabat Taliban, mereka diberitahu bahwa Taliban bekerja sangat keras untuk mematuhi norma-norma dalam pendidikan perempuan.

 

“Mereka tidak pernah keluar begitu saja dan berkata tidak. Mereka terus mengatakan ‘Kami sedang mengerjakannya’ tetapi kami tidak tahu persis apa yang sedang mereka kerjakan,” ungkap Momand.

=