Serambiupdate.com Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UHAMKA tengah melaksanakan kegiatan PLP 1 yaitu Pengenalan Lingkungan Persekolahan Pertama yang diadakan di SMA Negeri 98 Jakarta, dengan guru Biologi dan Wakil Kurikulum. Hasil wawancara menunjukkan bahwa, terdapat fakta yang tidak diduga-duga oleh tenaga pengajar sekolah tersebut yaitu siswa merasa tidak semangat lagi untuk memulai sekolah dengan sistem PTM (Pertemuan Tatap Muka) karena sudah nyaman dengan kondisi belajar di rumah. Pada hal secara daring, guru tidak bisa benar-benar memperhatikan apakah siswa ini paham atau tidak terkait materi yang diberikan. Jam belajar siswa pun berkurang.
Sarana dan prasarana di sekolah ini sangat menunjang minat dan bakat siswa dari segi akademik dan non kademik. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya berbagai ruangan dan peralatan yang lengkap diperuntukkan untuk masing-masing kebutuhan. Bukti dari sikap toleransi yang sudah tidak diragukan lagi dari sekolah ini yaitu terdapatnya organisasi kegamaan untuk siswa-siswa yang berbeda agama, dimana siswa nantinya akan diberikan bimbingan dan arahan bukan hanya dari intelektualnya saja, namun diseimbangkan dari segi spiritualitas yang menjadi kunci dari kebahagiaan hidup.
Prestasi akademik sekolah juga menjadi salah satu faktor banyaknya siswa lulusannya diterima di Perguruan tinggi Negeri. Sedangkan , prestasi nonakademiknya dapat dilihat dari jejeran piala yang terpajang megah di lemari sekolah. Ada salah satu siswa yang mendapatkan beasiswa ke luar negeri karena menjuarai pertandingan Hockey. Hockey merupakan salah satu dari 16 jenis ekstrakulikuler di SMA Negeri 98 Jakarta yang paling banyak diminati.
Dari penuturan kedua pihak sekolah tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pandemi covid-19 ini sangat memberikan dampak pada dunia pendidikan. Sistem pembelajaran yang semula dilaksanakan secara tatap muka, dialihkan ke dalam jaringan karena tidak diperbolehkan kegiatan tatap muka dan berkumpul sebab akan meningkatkan penyebaran wabah tersebut. Aktifitas-aktifitas yang menujang minat dan bakat siswa banyak yang terhenti karena keterbatasan ruang gerak. Namun, hal ini tidak menyurutkan kreatifitas siswa dan tenaga pengajar untuk terus berjuang.