Notification

×

Iklan

Iklan

Berbicara dua bahasa? Apakah bisa?

11 Oktober 2021 | Senin, Oktober 11, 2021 WIB | Last Updated 2021-10-11T11:38:47Z



Karya Nurul Jannah

Mahasiswa S1 Bahasa Inggris FKIP Uhamka

Indonesia memiliki ragam suku dan bahasa di masing-masing daerah. Walaupun memiliki ragam bahasa daerah, Indonesia memiliki bahasa pemersatu, yaitu Bahasa Indonesia. Status dua bahasa tersebut yang mempersatukan ragam bahasa dan berkontribusi pada daerah yang di datanginya. Biasanya di kota Jakarta, Bahasa Indonesia lebih sering digunakan daripada Bahasa daerah dari masing-masing asalnya. Beberapa warga Jakarta juga menggunakan Bahasa asing dan Bahasa Indonesia yang pada percakapan sehari-hari. Begitu juga dengan Jawa Barat dan Sumatera. Penggunaaan dua bahasa yang berbeda disebut dengan Bilingualisme atau Kedwibahasaan.

Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, Kedwibahasaan atau Bilingualisme adalah kemampuan berbicara dua bahasa dengan baik. Secara umum, bilingualisme berarti penggunaan dua bahasa yang berbeda oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian (Fishman 1975:73). Menurut penelitian, orang yang berbicara dua bahasa (bilingual) tidak perlu bekerja keras untuk mengerjakan tugas dibandingkan orang yang hanya berbicara satu bahasa (monolingual). Penelitian ini telah terbit di jurnal Brain and Language.

Peneliti menggunakan teknologi Functional Magnetic Imaging (fMRI) di Universitas Northwestern dan Universitas Houston. Mereka meneliti aktivitas otak pada 18 orang yang hanya berbicara bahasa Inggris dan 17 orang yang dapat berbicara bahasa Inggris dan bahasa Spanyol. Para ilmuan menemukan fakta bahwa orang yang dapat berbicara dua bahasa memiliki ingatan yang kuat dan dapat berbicara menggunakan kedua bahasa tersebut dengan fasih. Selain itu, orang yang berbicara dua bahasa memiliki fokus yang lebih baik di dalam kebisingan kelas dibandingkan dengan orang yang hanya berbicara satu bahasa.

Tingkat kemampuan dua bahasa ini mencakup level-level grafik, gramatik, leksikon, semantik, dan stilistik. Begitu pula tingkat kefasihan akan bergantung pada pemakaian dua bahasa itu. Semakin sering suatu bahasa dipakai, maka semakin fasihlah penuturnya. Selain itu, kondisi mempengaruhi penutur untuk berbicara. Kondisi itu didasari oleh topik pembicaraan, orang yang terlibat, dan situasi kontak berbahasa. 

Cara mengukur baik atau tidaknya bilingualitas seseorang, yaitu dengan cara melihat reaksi seseorang terhadap dua bahasa. Bilingualitas adalah istilah untuk kemampuan seseorang yang menggunakan dua bahasa. Jika seseorang dengan bilingualitas yang kurang baik, maka seseorang itu akan cenderung menghindari percakapan dengan bahasa yang berbeda dengan bahasa ibu yang dimiliki. Cara selanjutnya adalah melihat kemampuan seseorang dari segi reseptifnya. Seseorang dapat dikatakan bilingualitasnya baik jika seseorang itu dapat menerima dengan baik tuturan bahasa lain. Kemampuan seseorang dalam melengkapkan suatu perkataan juga merupakan salah satu tolok ukur bilingualitas seseorang. Selain itu, kecenderungan (preferences) pengucapan secara spontan dari seseorang juga dapat mengukur bilingualitas seseorang.

Jadi, jika ingin menggunakan dua bahasa dalam percakapan dengan seseorang bisa saja dilakukan. Caranya dengan enyesuaikan kondisi yang didasari oleh topik pembicaraan, seseorang yang terlibat dalam pembicaraan, situasi pembicara dalam berbahasa. Jika ingin mendapatkan pemahaman yang jelas dan menghindari kesalahpahaman, maka gunakan satu bahasa yang biasa dilakukan oleh pembicara dan lawan bicaranya. Hal itu membuat pembicara dan lawannya lebih nyaman. Jika menggunakan bahasa asing atau daerah akan membuat mudah, bisa juga dilakukan, asalkan lawan pembicara mengerti apa yang sedang pembicara bahas.


=